Jumat, 22 Februari 2013

RINI NURHAYATI (GURU TK NEGERI PEMBINA KAB. KEDIRI): SENANGNYA MENGENAL TIK SEJAK TK

RINI NURHAYATI (GURU TK NEGERI PEMBINA KAB. KEDIRI): SENANGNYA MENGENAL TIK SEJAK TK: SENANGNYA MENGENAL TIK SEJAK TK OLEH : RINI NURHAYATI, S.Pd., M.Pd. A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak menur...

SENANGNYA MENGENAL TIK SEJAK TK

SENANGNYA MENGENAL TIK SEJAK TK OLEH : RINI NURHAYATI, S.Pd., M.Pd. A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3 adalah membantu anak didik dalam mengembangkan berbagai potensi baik secara psikis maupun fisik yang meliputi pengembangan moral, nilai, sosial, emosional, kognitif, bahasa, motorik, kemandirian dan seni untuk dipersiapkan memasuki Pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan belajar TK adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar TK meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral Pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi lingkup perkembangan kemampuan nilai agama moral, sosial emosional, berbahasa, kognitif dan fisik. Perkembangan dalam peningkatan pembelajaran akan mengalami perubahan dalam pembelajaran apapun. Dibutuhkan alternatif pendidikan yang tepat untuk mengatasi pesatnya kemajuan pembelajaran yang saat ini sedang berjalan dalam perkembangan masyarakat, apalagi pembelajaran yang berbasisi TIK. Dalam pendidikan anak usia dini diberi bekal perkembangan model pembelajaran yang berbasisi TIK, Perkembangan pembelajaran TIK sangatlah cepat merampah pada anak dan masyarakat. Perubahan dalam pembelajaran yang ada diataranya 1. Pembelajaran terpusat pada Siswa 2. Pembelajaran mengarah pada pemecahan masalah Pembelajaran Aktif. 3. Pembelajaran berbasis proyek. Media pembelajaran apapun harus sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang bersangkutan. Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), serta dapat merangsang pikiran, perasan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan, dan terkendali. Maka dengan perkembangan karakter anak yang seimbang maka peran TIK dalam pengembanagn pembelajaran akan terasa nyaman dan bisa terikuti dengan baik dan peran TIK dapat dirasakan. Maka dengan kesiapan genersi muda akan mudah menerima keunggulan – keunggulan pembelajaran berbasis TIK. Keungulan –keunggulan itu akan akan mapu meningkatkan kualitas pembelajaran bagi peserta didik itu sendiri. Penggunaan information and communication technology ( ICT) hendaknya sesuai dengan kapasitas usia peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya. Apapun yang berkaitan dengan model pembelajaran yang berdasarkan TIK sangatlah beperan dalam kelangsungan hidup masa mendatang. Kecerdasan intelektual bukanlah sebab mendasar dalam membangun peradaban, karena peradaban sangat mempengaruhi kepemanfaatan dari perkembangan pembelajaran yang berbasis TIK untuk memaksimalkan dan membangun peradapan. Masyarakat atau peserta didik dalam menerima perkembangan TIK yang sesuai dengan perkembanagn psikologis jiwa anak atau peserta didik maka manfaat dan guna dari model pembelajaran TIK yang berkembang sangat cepat di dalam masyarakat. Hal ini akan mempermudah dalam menggunakan model perkembangan pembelajaran yang berbasis TIK. Dengan analisis yang universal bahwa peran dan pengaruh dari model pembelajaran yang berbasis TIK bisa memanfaatkan perkembangan pembelajaran yang berbasis TIK sesuai dengan kebutuhannya. B. PERMASALAHAN Bagaimana pembelajaran berbasis TIK di TK mampu meningkatan mutu pembelajaran? C. TEORI. Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Penggunaannya Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer atau laptop. Arief S. Sadiman ( 1996 : 83 ) mengatakan bahwa Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai ( media by utilization ) dan media rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu.Dari pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer merupakan media rancangan yang mana di dalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras ( hard ware ) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit computer lengkap atau laptop. Dengan demikian media ini hendaknya menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. a. Komputer sebagai Media Pembelajaran Aplikasi komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual (individual learning). Pemakai komputer atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi. Perkembangan teknologi komputer saat ini telah memungkinkan pemakainya melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang diinginkan. Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya medium komputer. Beberapa lembaga pendidikan jarak jauh di sejumlah negara yang telah maju memanfaatkan medium ini sebagai sarana interaksi. Pemanfaatan ini didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh komputer dalam memberikan umpan balik (feedback) yang segera kepada pemakainya. Contoh penggunaan internet ini adalah digunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran sesuai dengan tema yang akan diajarkan dan juga dapat mengakses informasi melalui internet. Kemampuan komputer untuk menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh pemakainya, yang diistilahkan dengan “kesabaran komputer”, dapat membantu untuk mendapatkan informasi materi yang diperlukan sehingga mempermudah pemahaman pada peserta didik TK. Dengan kata lain, komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi peserta didik di TK, tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi anak dalam memahami suatu konsep yang lebih cepat (fast learner). Disamping itu, komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap kemampuan anak. b. Kreativitas Siswa Kreativitas yang dimiliki oleh manusia sejak dilahirkan ke dunia suatu yang wajar. Demikian juga dengan guru, karena kreatvitasnya itu maka seseorang dapat mengaktualkan dirinya. Di sini terutama dalam penggunaan media pembelajaran berbasis TIK di TK, mengingat peranan guru yang sangat besar dalam pembentukan sikap dan mental serta pengembangan intelektualitas anak yang dimilikinya. Nanda Sudjana (1987 : 20) mengatakan bahwa kreativitas ”merupakan cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran ”. Pengaruh yang diberikan oleh guru dalam pendekatannya dengan siswa bisa saja lebih besar dibandingkan dengan yang dimiliki oleh orang tuanya. Hal ini disebabkan oleh kesempatan untuk merangsang siswa dan kalau ingin menghambatnya lebih banyak dari orang tua siswa.Penggunaan media oleh guru dalam proses pembelajaran, tentumya tidak terlepas dari bagaimana guru tersebut mengajar. Guru perlu memperhatikan pedoman atau falsafah dalam mengajar. Ini akan bermanfaat guna pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya. Samion AR (2001 : 4) menyatakan bahwa : Falsafah mengajar yang harus diperhatikan oleh guru dalam menumbuhkan kreativitas siswa adalah : a. mengajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan b. siswa patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik c. siswa hendaknya menjadi pelajar yang aktif Dengan memperhatikan pendapat di atas dan melaksanakan secara optimal, maka guru dalam penggunaan media juga harus memperhatikan hal-hal tersebut. Media yang dipergunakan sebagai alat bantu dapat saja menjadi pendorong bagi anak didik. Mempermudah untuk memahami materi yang disajikan. Pendorong agar para guru mempunyai daya kreativitas tinggi tentunya berpengaruh dengan cita-cita. Cita-cita disini merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya dipusat di sekitar cita-cita itu. Kreativitas yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengaktualkan dirinya dalam pergaulan dan juga dalam pembelajaran di sekolah. Hal in yag diharapkan agar dengan adanya media pembelajaran atau dengan menggunakan media pembelajaran berbasis TIK anak dapat kreatif dan berkembang sesuai yang diinginkan. Adapun ciri-ciri anak yang mempunyai kreativitas tinggi menurut Asep H. Hermawan ( 1997 : 50 ) : selalu ingin mengetahui sesuatu yang benarselalu ingin mengubah sesuatu yang telah adamencoba hal-hal yang baru. D . PENUTUP. Bagi para guru dan lembaga pendidikan pengawasan terhadap pemakaian dan pemaanfaatan dari model pembelajaran berbasisi TIK sangat penting agar pemanfaatan dari pembelajaran berbasisi TIK bisa sesuai dengan perkembangan peserta didik. Apa yang menjadi dasar pemahaman terhadap pemakaian perkembangan model pembelajaran yang berbasis TIK adalah pendidikan karakter sejak dini yang sering diterapkan pada anak usia dini. berkandung maksud bahwa dengan bekal pemahaman yang dilandasi dengan jiwa yang sudah matang maka pemakaian ilmu pengetahuan yang berbsis TIK maka anak akan mampu menggunakan model pembelajaran yang berbasis TIK akan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jiwa anak didik, Maka hendaklah segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan TIK maka anak perlu pengawasan dan pembelajaran yang seimbang denagan jiwa dan kebutuhan pembelajaran, sehingga anak didik tidak akan salah menggunakan pemanfaatan perkembangan teknologi dalam pembelajaran. Peran guru di sini sangatlah penting dalam pengawasan pemakaian model pembelajaran yang berbasis TIK. DAFTAR PUSTAKA http://setyo155.wordpress.com/2010/12/17/pembelajaran-berbasis-tik-pada-anak-usia-dini-sebagai-generasi-berkarakter/ diunduh Selasa, 1 Januari 2013 jam 03.35 WIB http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2337125-pengembangan-media-pembelajaran-berbasis-ict/ diunduh Kamis, 3 Januari 2013 jam 04.00 WIB http://www.slideshare.net/ezi_apino/media-pembelajaran-berbasis-ict diunduh Kamis, 3 Januari 2013 jam 02.30 WIB http://iwulan.blogspot.com/2012/02/media-pembelajaran-berbasis-tik.html diunduh Sabtu, 5 Januari 2013 jam 03.00 WIB http://www.lestarimandiri.org/id/ict/media-berbasis-ict/276-media-berbasis-ict.html diunduh Rabu, 9 Januari 2013

Kamis, 03 Mei 2012

MENINGKATKAN KEBUGARAN ANAK USIA DINI DENGAN PEMBELAJARAN KECERDASAN JAMAK MELALUI TARI JARANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni tari pada anak usia dini adalah salah satu sarana pendiidkan untuk mengembangkan kepribadian anak yang positif dalam mencapai kedewasaan. Dalam proses mencapai kedewasaan, anak juga mengalami proses pengalihan kebudayaan sebagai model-model pengetahuan, nilai-nilai dan kepercayaan. Proses pengalihan kebudayaan yang meliputi proses sosialisasi, enkulturasi dan internalisasi, dikenalkan pada anak sejak anak usia dini melalui proses pembelajaran seni tari, anak mampu bersosialisasi dengan guru, lingkungan, sekolah, teman sebaya; anak mampu membentuk pola-pola yang tetap dan mantap melalui proses meniru yang dilakukan secara terus menerus; anak mampu mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadiannya yang ditunjukkan dengan ekspresi gerak. Di samping itu, anak juga dapat mengenal seni budaya, adat istiadat, norma-norma, tata peraturan yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Kebugaran anak usia dini melalui kegiatan menari sangat penting. Kebugaran mendukung motivasi belajar. Secara logika, apabila seorang anak sakit sulit untuk berkonsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki anak. Menjaga kebugaran untuk mencegah (preventif) agar anak tidak sakit. Pengembangan motorik kasar anak melalui kegiatan menari bertujuan untuk meningkatkan derajat kebugaran anak. Pengembangan potensi anak dalam seni tari selama ini hanya sekedar sebagai hiasan pengembangan kreatifitas, anak hanya berperan sebagai obyek dan tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi subyek. Dalam kegiatan pengembangan gerak melalui menari, kemampuan anak masih kurang optimal terutama pada ekspresi gerak. Agar kemampuan anak bisa tergali secara optimal, maka pemilihan metode yang tepat sangat membantu. Salah satunya untuk meningkatkan kemampuan mengekspresikan gerak dalam menari menggunakan metode demonstrasi. Tari melibatkan unsur-unsur kerja otot secara psikomotoris. Dalam kerja otot pada taraf beban tertentu (sesuai dengan kekuatan otot anak) dapat meningkatkan kebugaran. Tarian diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan lagu dolanan. Berdasarkan penelitian Suwardi, dkk (1998) tari dan lagu dolanan merupakan hal yang menarik, tetapi jarang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan perkembangan jiwa mereka yang masih senang (masa) terhadap permaianan (senang bermain). Kegiatan menari justru merupakan variasi teknik pembelajaran yang menarik bagi anak. Dengan kata lain pembelajaran tari anak memiliki keuntungan : (1) memvariasikan teknik, pembelajaran yang menarik sehingga tidak membosankan anak, (2) meningkatkan rasa rekreasi yang menyenangkan, (3) meningkatkan derajat kebugaran anak, (4) pembelajaran ini bersifat transdisipliner (tiga bidang pengembangan: pengembangan motorik kasar, pengembangan seni, pengembangan kognitif) (5) melestarikan budaya dan seni B. Rumusan Masalah 1. Seberapa besar kontribusi pengembangan kegiatan tari terhadap peningkatan kebugaran anak-anak? 2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tari Jaranan dengan metode demonstrasi dalam rangka meningkatkan ekspresi gerak anak? C.-Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kontribusi pengembangan kegiatan tari terhadap peningkatan kebugaran anak-anak. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran tari Jaranan dengan metode demonstrasi dalam rangka meningkatkan ekspresi gerak anak. BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Pustaka 1. Tari Tari adalah gerakan tubuh yang indah dan berirama yang merupakan ekspresi jiwa dari pelakunya (Murgiyanto, 1993: 1). Tari sebagai naluri, merupakan emosi dari dalam diri manusia yang mendorong seseorang untuk mencari ekspresi pada tari yaitu gerak dari luar tubuh yang ritmis dan lama kelamaan mengarah pada bentuk-bentuk tertentu. Humardani (1991: 9) menyatakan bahwa tari adalah suatu ekspresi yang paling mendasar dan paling tua yang diungkapkan melalui gerak, yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga mampu memberikan gambaran emosi penciptanya, baik perasaan senang, sedih, dendam, dan sebagainya. Sedyawati (Depdikbud, 1981: 168) mengemukakan bahwa tari merupakan cakupan kegiatan olah fisik. Media ungkap tari adalah gerak dengan menggunakan anggota tubuh manusia. Bahan-bahan gerak adalah jari-jari tangan, pergelangan tangan, kaki, tangan, kepala, mata dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat terdiri sendiri atau bergabung dan berurutan antara anggota badan yang satu dengan lainnya. Orang menari tidak perlu dibayangi oleh ketakutan tidak mempunyai bakat, tidak berparas cantik, tidak luwes, cacat tubuh, dan seterusnya. Belajar tari tidak tergantung pada umur, jenis kelamin, wajah, bentuk badan, keluwesan, dan kesempurnaan badan (Kussudiardja, 1992: 35). Walaupun unsur semua itu mendukung seseorang dalam profesi tari, tetapi orang belajar tari tidak hanya untuk menjadi seorang penari. Ia bisa menjadi kritikus tari, pencipta tari, peƱata tari, pengkaji tari, peneliti tari, dan sebagainya. Menurut Doris Humphrey (dalam Murgiyanto, 1983: 122) elemen-elemen dasar tari adalah gerak dan ritme. Pengalaman fisik yang paling pokok dari kehidupan manusia adalah gerak. Gerak tidak hanya terdapat dalam denyutan di seluruh tubuh manusia, tetapi juga terdapat dalam ekpresi dari pengalaman emosional manusia. Gerak merupakan gejala-gejala yang paling primer dan paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginan-keinginannya atau merupakan refleksi spontan dan gerak batin manusia. Untuk mengekpresikan gambar-gambar imajinatif, dapat digunakan tangan dan lengan, karena bagian ini yang paling banyak digunakan dalam gerak komunikasi. Karena tari merupakan komposisi gerak yang telah mengalami penggarapan (stirilisasi dan distorsi) atau proses, pengembangan gerak yang paling sederhana diawali dari gerak keseharian (wantah) menjadi gerak maknawai dan murni (tidak mempunyai maksud-maksud tertentu). Dari segala macam bahan ramuan tari, ritme adalah unsur yang paling kuat dan meyakinkan di samping kehebatan teknik gerak. Ritme merupakan pengaturan tempo dalam tari. Dalam melakukan gerakan, seseorang secara sadar maupun tidak telah melakukan suatu gerakan yang dipimpin dan dilakukan dengan bimbingan ritme, sedangkan koordinasi gerak adalah suatu kemampuan manusia dalam melakukan gerak, kekuatan, arah , dan kecepatan yang harmonis (Syarifudin, 1979: 57). Dengan koordinasi gerak ini seseorang menjadi bugar sehingga dapat melaksanakan kegiatan atau pekerjaan secara efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Pada dasarnya alat gerak manusia dibagi menjadi dua, yaitu alat gerak pasif (rangka badan) dan alat gerak aktif (otot badan) yang dapat menimbulkan gerak yang disadari pada sendi. Riddle (1977: 53 – 57) mengemukakan pada dasarnya gerakan dalam tubuh manusia dibedakan menjadi tiga macam gerak yaitu: (a) gerak menggeser (gliding movement), gerak yang sederhana sekali, sumbu geraknya sejajar dengan tulang yang bergeser. Misalnya melangkah maju, mundur, dan seterusnya; (b) gerak menyudut (angular movement), gerakan membuat sudut yang biasanya terjadi pada persendian yang dibentuk oleh tulangtulang panjang; (c) gerak berputar (rotation), gerakan mengelilingi poros atau sumbu badan. Otot merupakan salah satu unsur tersebut yang berkaitan langsung dengan tarian. Tarian merupakan ekpresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis dan indah. Peningkatan kontraksi otot dengan tarian dapat meningkatkan derajat kesehatan. Pelatihan tari sangat perlu bagi anak sebab (a) tari dapat menambah kebugaran tubuh. Menari meningkatakan kontraksi otot yang dilaksanakan melalui gerakan yang sesuai dengan karakteristik gerak tari. (b) Memupuk keindahan. Tarian menampakan keindahankreai dan karya, serta pesona. (c) Melestarikan budaya. Tarian merupakan karya anak negeri yang patut dilestarikan dan dikembangkan sebagai warisan budaya nenek moyang. (d) Meningkatakan kebersamaan , seperti tari dolanan anak bisanya ditarikan oleh sekelompok atau banyak anak. Oleh karena itu, kebersamaan dan kekiompakan senantiasa diperlukan. (e) Memberikan unsur rekreatif. Ketika anak-anak menari tampak keceriaan, kegembiraan, antusiasisme. Dengan unsur rekreatif diharapkan dapat mengurangi kejenuhan dan kejemuan kegiatan sekolah sehari-hari. Dengan demikian ini, diharapkan anak lebih termotivasi dan meningkatkan kinerja belajar anak. (f) Menari untuk menggali bakat. Dengan Pelatihan tari jaranan dan methok-menthok kelihatan anak-anak yang memiliki kemampuan dan bakat tari. Hal ini tampak dari gerak, liuk , indah dan luwesnya gerakan serta kecepatan menangkap pelajaran latihan tari. 2. Kebugaran Anak Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kerja secara efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Hisbullah dalam Irianto, 1997: 116). Hampir mirip dengan konsep kebugaran adalah kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani adalah kondisi tubuh yang berhubungan dengan kemampuan dan kesanggupan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan kekuatan, daya kreasi, dan daya tahan secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Depdikbud, 1992: 1). Sesuai dengan makna kebugaran dan kesegaran jasmani tersebut, betapa besar manfaat kebugaran dan kesegaran jasmani bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh setiap orang, apalagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, seperti anak-anak TK sampai SLTA. Kesegaran jasmani merupakan salah satu aspek fisik dari kesegaran menyeluruh (total fitness) yang memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup secara produktif dan dapat menyesuaikan diri dengan setiap pembebanan fisik secara layak (Depdikbud, 1980: 46). Selanjutnya Kirkendall (1980: 263) menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan melaksanakan tugas sehari-hari dengan penuh semangat dan kewaspadaan, tanpa kelelahan berarti dan masih memiliki banyak tenaga untuk menikmati waktu luang dan menghadapi keadaan darurat yang tak terduga. Jadi pada dasarnya kesegaran jasmani itu menyangkut kemampuan penyesuaian fisik seseorang terhadap perubahan faal tubuh yang disebabkan oleh kerja tertentu dan menggambarkan derajat kesehatan seseorang untuk berbagai tingkat aktivitas fisik. Kirkendall (1980: 263) menyatakan bahwa unsur-unsur kebugaran jasmani meliputi: kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiorespirasi, power, kelincahan, kelenturan, dan keseimbangan. Sedangkan menurut Neiman (1995: 36) menyebutkan bahwa unsur-unsur kesegaran jasmani yang terkait dengan kesehatan meliputi daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan, dan daya tahan otot, dan komponen yang terkait dengan keterampilan meliputi kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan power, dan waktu reaksi. Atas dasar ini, maka pembinaan dan peningkatan kesegaran jasmani melatihkan komponen-komponen kesegaran jasmani, baik yang terkait dengan kesehatan maupun yang terkait dengan keterampilan. Menurut Pollock (dalam Irianto, 1997: 116), kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari komponen daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, komposisi tubuh dan kelentukan. Untuk mencapai kebugaran jasmani diperlukan lahan yang disesuaikan dengan aturan olahraga yang meliputi frekuensi latihan, intensitas latihan, dan takaran lamanya latihan. Seorang anak dikatakan sehat apabila memiliki kesegaran jasmani, kebugaran jasmani, atau kesemaptaan jasmani. Ketiga istilah itu sebenarnya memiliki makna yang relatif sama. Makna mengandung unsur definisi (1) berkaitan dengan kemampuan alat-alat tubuh seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti bahkan memiliki tenaga cadangan, (2) alat tubuh dalam melaksanakan fungsi fisiologis menyesuaika dengan lingkungan, (3) masih siap untuk melaksanakan tuga keesokan harinya, (4) siap memikul beban gerak yang diminta atau direncanakan untuk diselesaikan dengan baik (Sardjono, 1992: 109 – 110). Kesegaran jasmani didukung oleh empat faktor yaitu (1) kekuatan otot (muscular strength), (2) daya tahan otot (muscular endurance), (3) daya tahan jantung, (4) peredaran darah dan pernapasan (cardio vascular) (Sardjono,1992:110). Salah satu unsur tersebut yang berkaitan langsung dengan tarian anak adalah otot. Peningkatan kontraksi otot dapat meningkatkan derajat kebugaran. Ada beberapa sistem penggunaan energi otot guna meningkatkan kebugaran yaitu (1) proses glikolisis, (2) proses glikolisis anaerobik, (3) proses oksidasi (Sridadi, 1994: 108 – 113). Dengan usaha pembelajaran ini diharapkan para anak memiliki sikap positif terhadap kegiatan olahraga dan mau melaksanakan olahraga sehingga kegiatan itu menjadi kebutuhan vital bagi mereka dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (Rachman, 1994: 95). Selain itu diharapkan anak juga memiliki sikap positif terhadap sastra seni, dan budaya. B. Tari Jaranan 1. Sekilas tentang tari Jaranan Sebagian orang menyebut tari Jaranan dengan tari Kuda Lumping. Kuda Lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Konon, tari Kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda. Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti Kediri, Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada event-event tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi tari Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta. Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional Kuda Lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka. Dalam setiap pagelarannya, tari Kuda Lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya. Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih. Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe. Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari Kuda Lumping. 2. Tari Jaranan Anak Tari Jaranan mengandung pendidikan budi pekerti: (1) Kebersamaan. (2) Menghormati kepada seseorang yang lebih tinggi (kedudukan, umur, keturunan, dan sebagainya). (3) Menghormati sebutan seseorang (sesuai dengan kedudukannya). (4) Setia. (5) Siap melaksanakan tugas. 3. Peningkatan Kebugaran Rerata perhitungan sebelum pelatihan tari dan sesudah pelatihan tari menunjukkan adanya peningkatan derajat kebugaran anak. Kenaikan rerata tersebut menunjukkan bahwa proses pelatihan tari anak meningkat derajat kebugaran. Hal ini menunjukkan bahwa tari dan olahraga memiliki keterkaitan dalam hal olah otot dan gerak tubuh. Seperti yang dinyatakan oleh Murgiyanto (1993: 1) bahwa tari merupakan gerakan tubuh. Tari juga merupakan olah fisik (Sedyawati dalam Depdikbud, 1981: 168) yang menggunakan anggota tubuh seperti jari-jari, pergelangan tangan, kaki, tangan, kepala, mata, tubuh, leher. Semua itu diolah pada kegiatan tari Jaranan. Walaupun tari ini dipandnag cukup sederhana namun hampir semua anggota tubuh berperan dalam peningkatan pelatihan otot tubuh. Gerakan-gerakan tari Jaranan mendukung empat aspek kebugaran jasmani, yaitu kekuatan daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, komposisi tubuh dan kelentukan (Pollock dalam Irianto, 1997: 116). Namun perlu ditambahkan, walaupun menari lagu dolanan anak memberikan kontribusi terhadap kebugaran anak, tetapi kontribusi signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: kegiatan menari baru memenuhi unsure kelenturan, daya tahan otot, dan daya tahan kardiorespirasi, sedangkan unsur lain belum tampak secara maksimal. Unsur lain itu adalah kekuatan otot, kecepatan, dan darah eksplosif. Kelenturan berhubungan dengan keluasan gerak persendian. Kelenturan dipengaruhi oleh faktor: (a) Bentuk, tipe, struktur sendi, ligamen dan tendo. (b) Otot sekitar persendian. Untuk (a) dan (b) tersebut tarian Jaranan sangat cocok untuk meningkatkan kelenturan otot. (c) Umur dan jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kelenturan otot tubuh pada saat pelatihan tari. (d) Temperatur tubuh dan otot, pada suhu 40 derajat celcius, kelenturan meningkat 20% sedangkan pada suhu 18 derajat celcius menurun 10% - 20%. Penelitian ini tidak sampai tahan pengecekan suhu tubuh dan otot. (e) Kekuatan otot (f) Kelelahan dan emosi Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan paru jantung untuk mengambil dan mengankut oksigen untuk kerj otot dalam waktu lama. Daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban dalam satu usaha (Irianto, 1997: 116). Dalam tari pemacuan kardiorespirasi dan daya tahan otot memang kurang maksimal seperti yang dipersyaratkan dalam kebugaran. Namun demikian peran tari tetap tampak peningkatan kebugaran (kelenturan, kardiorespirasi, dan daya tahan otot) walaupun tidak semaksimal seperti anak kalau berolahraga. Wajar apabila Tari Jaranan memberikan kontribusi kebugaran. Oleh karena itu, otot-otot anak akan lebih lentur bila menari Jaranan. Gerak tari yang dilatihkan pada anak adalah gerak tariyang diciptakan sendiri oleh penulis berdasarkan konsep gerak dan kebutuhan koordinasi gerak pada anak usia dini. Koordinasi gerakan mengandung unsur-unsur untuk peningkatan kerja otot demi kebugaran. Latihan irama lagu iringan. Setelah satu motif gerakan disampaikan diulang-ulang sampai hafal, agar dapat segera melakukan dengan ritmis dan serempak, disertakan musik sebagai pengiring. Dengan demikian gerak otot tercapai, tari terlatihkan, apresiasi lagu yang mengandung pendidikan budi pekerti dapat ditingkatkan. Disini merupakan salah satu pemberian tindakan secara simultan (baca: transdisipliner. 4. Metode Demonstrasi Tari Jaranan, motif gerak diajarkan secara progresif. Pada mulanya motif gerak diajarkan dan dijelaskan tanpa iringan. Setahap demi setahap, dan setelah anak dipandang hafal, motif diajarkan dengan iringan agar anak lebih bersemangat dan tarian lebih hidup. Demikian demonstrasi Tari Jaranan, bertahap dan berulang sehingga anak dapat menari Jaranan secara utuh. Durasi tarian hanya 6 menit. Pemilihan materi gerak berdasarkan gerak keseharian wantah) yang pernah dilihat atau dilakukan oleh anak. Gerakan ini dirangakai dengan menstirilisasi dan mendestrosi gerak hasil eksplorasi lingkungan. Selain itu musik dolanan sebagai pengiring, juga dipilih yang sudah akrab di telinga anak-anak. Dengan demikian anak segera aktif untuk menggerakan anggota tubuh sesuai contoh dan selalu berusaha untuk mengikuti irama lagu. Setiap melakukan gerakan dengan iringan anak-anak turut mendendangkan lagu dolanan. Ekspresi kegembiraan muncul, ekspresi kelucuan timbul, namun mereka tetap semangat, sungguh-sungguh dalam berlatih. Serius dalam situasi yang penuh dengan suasana gembira. Keluwesan anak dalam melakukan gerak akan timbul dengan sendirinya karena mereka dapat menyesuaikan antara gerak kaki, tangan, dan kepala yang terkoordinasi dengan irama lagu pengiring. Tari yang diberikan pada latihan ini tidak semata-mata pada bentuk estetisnya saja, melainkan ada unsur bermain yang mengandung motif gerak yang dapat merangsang kerja anggota tubuh untuk meningkatkan kebugaran. Gerakan tari Jaranan bertujuan untuk melatih koordinasi tubuh dan melatih pernafasan. Selain itu tersirat usaha untuk memberikan pengalaman berfikir imajinatif serta kreatif pada anak, meningkatkan rasa rekreasi yang menyenangkan, melestarikan budaya dan seni, dan mengembangkan bakat anak. Dengan diberikan latihan-latihan yang bermotif gerak berlari, berjalan, meloncat, dalam suasana senang tidak terpaksa dapat meningkatkan tingkat tubuh anak usia dini. 5. Anak-anak mudah dilatih tari Hal tersebut tampak dari kecepatan anak dalam menguasai gerak. Anak-anak cepat dapat menguasai gerak Tari Jaranan. Tari dan lagu yang diplih memang yang sederhana, disesuaikan dengan perkembangan anak, lucu, yang menyenangkan sehingga anak lebih mudah menguasai. Sederhana artinya gerak motif tari tidak sulit, sesuai dengan gerak anak sehari-hari tetap disentuh dengan unsur estetis tari. Sesuai dengan perkembangan anak, karena masa anak adalah masa bermain, tari yang dilatihkan juga bernuansa bermain. Sifat lucu ini menyenangkan bagi anak. Belajar dalam situasi senang, memudahkan anak lebih cepat menguasai tarian. Inilah syair lagu dolanan yang berjudul Jaranan : Jaranan, jaranan, jarane jaran teji Sing numpak doro bei sing ngiring para mentri Jrek-jrek nong, jrek-jrek nong Jrek-jrek gedebuk krincing Gedebuk jedher Gedebuk krincing Gedebuk jedher Jrek-jrek gedebuk jedher ‘berkuda, berkuda, kudanya teji (tinggi besar) yang naik Tuan Bei yang mengiring para mentri Jrek-jrek nong, jrek-jrek nong Jrek-jerk gedebuk krincing Gedebuk jedher Gedebuk krincing Gedebuk jedher Jrek-jrek gedebuk jedher’ Lagu tersebut sangat sederhana sesungguhnya, syairnya hanya 4 baris. Baris berikutnya hanya diulanh-ulang saja. Tari jaranan mengandung pendidikan budi Pekerti: (1) Kebersamaan Kebersamaan ini ditunjukkan (a) kebersaman antara yang kedudukannya dengan yang rendah (bawahannya). Kebersamaan saling membutuhkan bahu membahu, yang tinggi membutu8hkan yang rendah untuk pengawalan dalam arti keselamatan (sing numpak Dara Bei sing Ngiring para Mentri). Kedudukan tinggi diibartkan pada Dara Bei, kedudukan yang lebih rendah diibarkan para mentri. (b)Kebersamaan juga ditujukkan pada komposisi tarian. Tarian jaranan ini adalah tari massal. Tari massal memerlukan kekompakan semua penari. Dengan gerak yang kompak, tampak keidahan. Sebaliknya gerak yang tidak kompak memudarkan nilai –nilai estetika. Oleh karena itu, antara penari (anak) yang satu dengan yang lain harus senantiasa menghormati aturan dan progresi gerakan, tidak boleh menari menurut progresi individu, tetapi harus menyesuaikan dengan gerakan teman, iringan dan urutan. (2) Menghormati kepada seseorang yang lebih tinggi Orang yang lebih tinggi di sini mengacu pada kedudukan dan keturunan. Selain falsafah Jawa juga mengharuskan menghormati orang yang lebih tua umurnya. Akan tetapi, masalah umur tidak tampak pada Dara Bei. Yang tampak pada sebutan Dara Bei adalah kedudukan yang tinggi dan keturunan ningrat. Kedudukan yang tinggi ditunjukkan oleh lirik sing numpak Dara Bei sing Ngiring para Mentri. Ini berarti para pemilik kedudukan yang lebih rendah dan juga kemampuan. Sebutan non-akademis misalnya gelar-gelar dari keratin seperti di atas, juga KRT (kajeng Raden Tumenggung) menunjukkan keturunan atau seseorang yang berjasa kepada keraton kemudian diberikan kehormatan ‘serat kekancing’ sebutan akademis seperti Prof., Dr., ir., Drs., M.M, dsb, menunjukkan kompetensi seseorang. Kita harus menghormati sesuai dengan kompetensi mereka. Demikian pula bagi dara Bei yang dihormati para mantrinya, dengan senatiasa dikawal demi keselamatan. Pengiring artinya mengikuti dari belakang. Menurut filsafat jawa orang yang diiring atau di depan menunjukkan kelebihan, misalnya kedudukan lebih tinggi, keturunan lebih tinggi, seperti Dara Bei. Pendek kata anak-naka harus diajarkan sikap menghormati kepada orang lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Kedudukan dalam arti pangkat, umur, kompetensi keilmuan, dan sebagainya. (3) Setia dan siap melaksanakan Kesetian ditunjukakan pada lirik sing numpak Dara Bei sing ngiring para mentri. Sebagai bawahan para mentri senantiasa setia kepada atasan yaitu Dara Bei. Para mentri yang menjaga keselamatan atasan dan siap nmelaksanakan serta menyelesaikan tugas. Itulah sikap tanggung jawab bawahan kepada atasan. 6. Uraian gerakan tari Jaranan Lari-lari kecil dengan membuat lingkaran dan berbaris. Tangan kiri di pinggang, tangan kanan di tekuk ke atas siku seolah memegang pecut ke atas dan digerak-gerakkan sesuai dengan putaran arah jarum jam. Loncat kaki kiri, angkat kaki kanan, sambil ditendangkan ke sudut kanan, muka menoleh ke sudut kanan depan. Loncat kaki kanan, angkat kaki kiri, sambil ditendangkan ke sudut kanan, muka menoleh ke sudut kanan depan. Gerakan diulang-ulang, bergantian kanan dan kiri. Diam sesaat, kaki siap kuda-kuda kanan, kaki kanan di depan kaki kiri (trap kanan), kedua tangan nekuk ke depan dada seperti memegang tali kendali kuda. Angkat kaki kanan, seleh kanan, bahu kanan digerakkan ke depan (ogek dada ke depan), bahu kiri digerakkan ke depan ogek dada ke depan, noleh ke kiri. Posisi kedua tangan memegang tali kendali di depan dada. Dilakukan bergantian kanan, kiri, dengan menggerakkan badan naik turun (encot/entrakan). Posisi tangan memegang tali kendali kuda. Kaki kanan melangkah, diikuti kaki kiri melangkah posisi seleh di belakang kaki kanan. Melangkah kaki kanan, seleh, melangkah kaki kiri seleh (proses jalan biasa), dilakukan dengan langkah lambat. Melangkah kaki kanan, seleh, melangkah kaki kiri seleh (proses jalan biasa), dilakukan dengan langkah cepat. Melangkah ke kanan dengan kedua kaki jinjit (bergeser dengan langkah pendek: tercet-mipii). Melangkah ke kiri dengan kaki jinjit dengan tercet-mipil. Dilakukan berulang bergantian ke kanan – kiri. Kedua tangan di pinggang (malangkerik), loncat kaki kanan ke samping kanan, kaki kiri menendang ke kiri (1 hitungan 1 gerak tendangan), muka ke sudut kiri depan. Loncat kaki kiri ke samping kiri, kaki kanan menendang ke kanan (1 hitungan 1 tendangan), muka ke sudut kanan depan. Dilakukan berulang kanan – kiri. Kedua tangan memegang tali kendali, siku digerakkan naik-turun, kaki melangkah kanan sambil berputar (membuat lingkaran kecil). Loncat kaki kanan ke depan, kaki kiri diangkat tekuk belakang (posisi lutut ke depan, tungkai ke belakang). Loncat kaki kiri ke depan, kaki kanan diangkat tekuk ke belakang (posisi lutut ke depan), tungkai ke belakang. Kedua tangan di pinggang. Dilakukan bergantian kanan, kiri, dengan arah loncatan ke depan membuat lingkaran besar. Posisi tangan memegang tali kendali kuda, kaki kiri melangkah ke samping kanan (silang ke kanan), kaki kanan melangkah ke kanan (kicat ke kanan). Posisi tangan memegang tali kendali kuda, kaki kanan melangkah ke samping kiri (silang ke kiri), kaki kiri melangkah ke kiri (kicat ke kiri). Dilakukan bergantian. Loncatan kaki kanan ke depan, kaki kiri diangkat tekuk belakang (posisi lutut ke depan, tungaki ke belakang), posisi tangan kiri di pinggang, tangan kanan ke atas memegang tali kendali sambil digerakkan berputar ke kanan dengan tekanan. Loncatan kaki kiri ke depan, kaki kanan diangkat tekuk belakang (posisi lutut ke depan, tungaki ke belakang), posisi tangan kiri di pinggang, tangan kanan ke atas memegang tali kendali sambil digerakkan berputar ke kanan dengan tekanan. Dilakukan berulang sambil transisi membuat lingkaran dan akhirnya keluar arena. Selesai. BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kebugaran anak usia dini dapat ditingkatkan dengan kegiatan tari . Hal ini disebabkan tari lagu dolanan memiliki karekteristik gerak berirama atau ritmis yang terkait dengan prinsip-prinsip olahraga. Menari dolanan Jaranan mengandung unsur kelenturan otot, daya tahan otot, dan daya tahan kardiorespirasi. Sedangkan unsur lain seperti kekuatan otot, kecepatan, daya eksplosif belum dapat dikembangkan dalam tari tersebut. 2. Tari Jaranan, motif gerak diajarkan secara progresif. Pada mulanya motif gerak diajarkan dan dijelaskan tanpa iringan. Setahap demi setahap, dan setelah anak dipandang hafal, motif diajarkan dengan iringan agar anak lebih bersemangat dan tarian lebih hidup. Demosntrasi Tari Jaranan, bertahap dan berulang sehingga anak dapat menari Jaranan secara utuh. Dengan demikian anak segera aktif untuk menggerakan anggota tubuh sesuai contoh dan selalu berusaha untuk mengikuti irama lagu. Setiap melakukan gerakan dengan iringan anak-anak turut mendendangkan lagu dolanan. Ekspresi kegembiraan muncul, ekspresi kelucuan timbul, namun mereka tetap semangat, sungguh-sungguh dalam berlatih. B. Saran 1. Untuk guru, ternyata tari dapat meningkatkan kebugaran anak. Pembelajaran tari dapat dikembangkan untuk pembelajaran dongeng. Pengembangan kemampuan berbahasa yang berupa dongeng dapat dibuat tarian. Hal ini akan lebih menyenangkan anak. Pembelajaran lebih variatif. Dengan demikian apresiasi, sosialisasi, dan internalisasi pendidikan budi pekerti lebih dapat diintensifkan. 2. Bagi guru diharap dapat menciptakan tari-tari yang dapat dikolaborasi dengan pengembangan kemampuan berbahasa, yaitu ciptaan tari yang mengandung unsure pendidikan budi pekerti. Tarian dapat dikembangkan ke arah tari yang mengandung unsur cerita singkat, misalnya dongeng. 3. Guru dapat melakukan pembinaan kebugaran dengan olahraga yang dikaitkan dengan tarian, karena pada prinsipnya menari juga mengandung unsur olahraga. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 1995. Permainan Tradisional Jawa Untuk Muatan Lokal.Yogyakarta: Jurnal Kependidikan No 2 Th. XXV. Arintoko, B. 1975. Dolanan Djawi Sinawung Gendhing.Djakarta: Noordhoff-Kolf N.V. Atmodarsono, F. 1956. Mardawa Swara: Teori dan Praktek Seni Suara Djawa. Semarang, Yayasan Kanisius. Darusuprapto. 1990. Ajaran Moral dalam Susastra Suluk. Jakarta:Depdikbud. __________. 1981. Pendidikan Kesenian Seni Tari untuk SPG. Jakarta:Depdikbud. Humardani, Gendon.1991. Penikmat dan Kritiknya. Surakarta; Akademi seni Karawitan Indonesia. Kirkendall,DR. Gruber,Jonhson.1980. Measurement and Evolution for Physical Educators. Iowa:WM.C Bromn Company Publisher. Kussudiarja, Bagong. 1992. Tari Klasik hingga Kontemporer. Yogyakarta. Padepokan Press. Murdyanto,Danan. 1996. Lagu Dolanan Sya Ilang pamore. Yogyakarta. Djaka Lodang.17 Agustus. Murgiyanto, sal.1993. Ketika Cahaya Merah Memudar (Sebuah Krituk Tari}.Jakarta: Devita . Ganan. Naiman. 1995. Fitnes fro children. Canada: I Iuman Kinetics. Pradopo, Rahmat Djoko. 1988.” Tembang Dolanan Perlu Disimak” dalam Djaka Lodang No.890.Yogyakarta. Rahmanta .B.1988.Metode Pengajaran Sastra.Yogyakarta: Penerbit Kanisius Rodle.Janet T.E. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk para Analisis.Yogyakarta:Yayasan Essentia Medica. Sridadi. 1994.” Sistem Energi dalam Aktivitas Otot” dalam Cakrawala Pendidikan No. 1 Th. 1994 hlm.105-116 Yogyakarta: IKIP Suwardi, Suwarna, Mulyana. 1996. Pendidikan Budi Pekerti dalam lagu Dolanan Anak. Laporan Penelitian. Yogaykarta: Lemlit, IKIP Agung Tak Canggung Tarikan Jaranan Tribun Jateng - Rabu, 18 April 2012 12:02 WIB http://dunialain-laindunia.blogspot.com/2009/04/tari-kuda-lumping.html Diunduh Senin, 23 April 2012, 02:22

Selasa, 20 September 2011

PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK

PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK MERUPAKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN BERMAIN DAN PERMAINAN
PADA USIA ANAK TK


Pendahuluan
Masa usia taman kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat, salah satu perkembangan yang sedang berlangsung pada diri anak adalah motoriknya. Perkembangan motorik ini erat hubungannya dengan perkembangan kemampuan anak lainnya seperti kognitif dan sosial, emosional anak. Proses tumbuh kembang kemampuan motorik anak berhubungan dengan proses tumbuh kembang kemampuan gerak anak. Perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat jelas melalui berbagai gerakkan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Oleh karena itu peningkatan ketrampilan fisik anak juga berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan aktifitas utama anak. Semakin kuat dan terampilnya gerak seorang anak, membuat anak senang bermain dan tak lelah untuk menggerakkan seluruh anggota tubuh untuk bermain. Pergerakan anggota tubuh anak saat bermain mempunyai banyak manfaat pertumbuhan aspek kemampuan anak seperti kognitif, sosial dan emosional serta berperan penting pula untuk menjaga kesehatan tubuh anak.
Dengan uraian di atas maka muncul permasalahan yang harus terpecahkan berkaitan dengan tugas guru TK yaitu bagaimana peran guru, dalam mengembangkan fisik aspek motorik anak dalam kegiatan bermain dan permainan di TK?

A. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Gerak Anak
Anak akan dapat tumbuh dengan wajar dan normal jika alam sekelilingnya cukup sehat dan pemeliharaannya cukup baik sehingga pada anak akan terlihat perubahan dalam ukuran bagian jasmaninya hal itu sering bertambahnya umur. Selain itu bidang rohani akan terjadi perubahan berfikir, mengikuti dan berkehendak akan sesuatu sejajar dengan pertumbuhan jasmani.
Pelatihan gerak dan kegiatan fisik merupakan elemen yang sangat penting dalam pengembangan sosial anak sesuai dengan fase pertumbuhan dari perkembangan sosial anak sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkebangan, maka seorang anak akan melewati fase perubahan dan peningkatan gerak yang cepat. Hal ini juga berguna saat anak bermain dengan teman sebayanya, akan didapat anak berkepemimpinan, kompetisi, dan penyelesaian masalahnya.
Pelatihan kemampuan gerak yang benar dan bertahap akan melatih kemampuan kognitif anak sehingga dapat terbentuk kemampuan kognitif yang mantap.
Sementara itu, pengembangan sosial dan emosional anak, dapat dilatih melalui kegiatan bermain. Pengalaman bermain seharusnya menjadi elemen penting dalam program kegiatan pengembangan anak usia prasekolah. Kurangnya pengalaman bermain dan/atau kesempatan berpartisipasi dalam salah satu kegiatan fisik dapat memperlambat pertumbuhan baik fisik maupun intelektual anak. Prinsip program pengembangan gerak anak usia prasekolah adalah terjadinya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan.
Kemampuan gerak dapat saja berkembang tanpa dilatih karena pengaruh pertumbuhan dan kematangan. Pada perkembangan motorik dapat diperlambat pada seorang anak selama masa pertumbuhan, tetapi perkembangan motorik dapat pula dipercepat pada anak tertentu. Akan tetapi tidak semua anak secara otomatis mengkarakteristikkan perbaikan pada periode tertentu pada rentang usia yang normal dapat dilakukan anak. Seiring suatu rentang tingkat keterampilan yang bermacam-macam dilakukan oleh anak dalam usia secara kronologis sama, hal ini disebabkan oleh kematangan fisik (physical maturity).
Kematangan menunjukkan pada perubahan yang diperlukan melalui rentang kehidupan di dalam kopleksitas yang bersifat anatomis dan psikologis dalam organisme (Cratty, 1967). Ahli lain berpendapat bahwa kematangan itu dinilai sebagai fungsi mekanisme yang berkaitan dengan pengaturan instrinsik suatu organisme (Rarick dalam Broks, 1981).
Kematangan intrinsik adalah berkembangnya berbagai karakteristik yang secara potensial menggambarkan dalam individu yang berasal dari philogenetik warisan genetik individu seperti merangkak, duduk dan berjalan (filogenetik). Sebenarnya latihan hanya sedikit memberikan keuntungan, sebaliknya pengontrolan atau pengendalian lingkungan, dalam setiap cara seperti; mengurangi kesempatan untuk berlatih akan memperlambat perkembangan. Berbeda dengan fungsi ontogenetik yakni fungsi khas untuk individu seperti berenang, melempar bola, naik sepeda yang semua itu memerlukan latihan. Tanpa latihan perkembangan sedikit sekali akan terjadi kecenderungan yang dimariskan tidak dapat matang secara penuh tanpa didukung oleh lingkungan. Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi kematangan seorang anak.
Bertitik tolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik tercermin dalam pemunculan ketrampilan baru, dan proses perbaikan kehalusan gerak dan hasilnya. Perkembangan motorik juga tergantung pada kematangan otot dan persyarafan. Untuk mendapatkan perbaikan dan kehalusan gerak dan hasilnya, anak-anak perlu belajar motorik.

B. Pengembangan Kemampuan Gerak
Mengingat pentingnya pengembangan kemampuan gerak selama masa kanak-kanak, seorang pendidik perlu mengetahui tingkatan dan prinsip dasar dalam mengembangkan kemampuan gerak anak usia TK diantaranya. Untuk tingkat pengembangan kemampuan gerak dapat dikategorikan ke dalam empat tingkatan yaitu,

Tingkat I
Tingkat terendah adalah refleks yang didominasi oleh kemampuan gerak, pada usia tiga sampai empat bulan pertama misalnya, menggenggam.

Tingkat II
Kegiatan bergerak termasuk berguling, merangkak, berdiri, berjalan dengan bantuan dan berjalan tanpa bantuan, (pada usia empat bulan sampai 13 bulan)
Tingkat III
Sering disebut kemampuan gerak dasar yang muncul dari mulai akhir masa bagi 5-7 tahun termasuk di dalamnya kemampuan bergerak, seperti berlari, melompat, dan kontrol benda seperti: melempar, menangkap, memukul, menendang dan memantulkan.
Tingkat IV
Pada tingkatan teratas adalah kemampuan gerak khusus yang kadang dikategorikan kemampuan ontogenetik, artinya pengembangan individual karena kemampuan ini tidak ditunjukkan oleh semua anak tetapi secara spesifik yang mengarah pada kebutuhan dan minat anak (usia 6-7 tahun).

Sedangkan prinsip dasar pengembangan kemampuan gerak, diantaranya:
1.Anak usia TK sudah memiliki kemampuan melihat dengan fokus yang benar, sehingga guru dapat memberikan aktivitas melempar bola, ia sudah memiliki kemampuan melihat bola dilempar kearahnya dan ditangkap oleh tangannya.
2.Anak usia TK telah dapat melakukan serangkaian gerakan secara berkelanjutan, misal gerakan, melempar, menangkap, dan menendang.
3.Guru perlu memberikan relaksasi pada anak setelah mereka beraktivitas atau melakukan suatu gerakan.
4.Gerakan oposisi yaitu gerakan seperti berjalan / berlari dimana posisi tangan kanan diayunkan ke depan dikoordinasikan dengan langkah kaki kiri ke depan.
5.Pemindahan beban, gerakan yang dilakukan mengajarkan kepada mereka gerakan, memanjat dengan memindahkan beban kaki dengan kata lain mengajarkan keseimbangan dan merasakan pemindahan beban tubuh mereka.
6. Tenaga guru memberikan pengertian dan penjelasan tentang tenaga saat mereka sebelum melakukan aktivitas.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi pengembangan kemampuan gerak.
Pengembangan kemampuan gerak dari mulai kemampuan gerak dasar, kemampuan gerak tertentu sampai kemampuan gerak khusus yang dipengaruhi faktor kematangan dan lingkungan. Faktor kematangan paling sering berpengaruh pada kemampuan gerak tertentu diantaranya faktor ukuran tubuh, pertumbuhan fisik, kekuatan, berat tubuh serta sistem syaraf yang ditunjang gizi, sedangkan faktor lingkungan diantaran motivasi.


C. Macam Gerak Dasar dan Pengembangannya
Salah satu tujuan pendidikan jasmani ialah mengembangkan keterampilan gerak. Dengan berkembangnya bermacam-macam karakteristik jasmani, dan dengan kematangan anak, anak akan mengembangkan kecakapan untuk membentuk ketrampilan gerak. Perluasan dan penguasaan ketrampilan gerak terutama tergantung pada derajat kemampuan perkembangan faktor kematangan anak.
Gerak dasar utama adalah pola-pola motorik yang inherent dan didasarkan pada gerak-gerak releks anak dan timbul bukan karena latihan. Tetapi dapat diperhalus atau diperbaiki dengan latihan. Penampilan pola gerak yang efisien dapat memberikan titik amal untuk peningkatan kemampuan perseptual dan fisik yang lebih lanjut serta pentingnya pada perkembangan gerakan yang terampil.
Gerak dasar utama merupakan pola gerak yang inherent yang membentuk dasar gerak terampil yang kompleks dan khas meliputi;
1. Gerak dasar lokomotor meliputi : perilaku-perilaku yang mengubah dari satu tempat ke tempat yang lain termasuk di dalamnya perilaku gerak yang inherent seperti merayap, menangkap, meluncur, berjalan, berlari, meliputi, meloncat dan mendarat, meloncat rintangan, leaping, Hoping, galloing, sliding, skipping, rolling, atau menggunting dan memanjat.
2. Gerak non-lokomotor meliputi perilaku gerak yang melibatkan anggota badan atau bagian di dalam gerak yang mengitari sendi atau porosnya. Anak tetap berada pada satu tempat dan melakukan pola gerak yang dinamis dalma tempat itu. Hal yang termasuk dalam perilaku ini adalah menarik, mendorong, menghentikan, mengayun, menekuk, memutar dan mengulur otot.
3. Gerak manipulatif yaitu perilaku yang biasanya digambarkan sebagai gerak-gerak kaki dan tangan yang terkoordinir. Ada dua klasifikasi dari ketrampilan manipulatif yaitu reseptif dan propulsive. Ketrampilan reseptif adalah menerima suatu obyek seperti menangkap dan ketrampilan propulsive memiliki ciri penggerakan gaya atau kekuatan terhadap suatu obyek, seperti memukul, melempar, memantul atau menentang.


CONTOH GERAKAN MANIPULATIF DALAM AKTIVITAS BERMAIN

Melempar merupakan keterampilan manipulatif yang rumit yang menggunakan satu atau dua tangan untuk melontarkan objek menjauhi badan ke udara. Selain tergantung dari beberapa faktor (ukuran anak, ukuran objek, dan lain sebagainya), lemparan dapat dilakukan di bawah tangan, di atas kepala, di atas lengan atau di samping.
Selain itu juga dapat dilakukan dengan dua tangan dari atas kepala yang digunakan untuk melemparkan bola yang besar. Pola melempar yang sudah matang, merupakan keterampilan yang rumit dan memerlukan koordinasi anggota badan.
Selama masa perkembangannya anak-anak telah menunjukkan berbagai macam pola melempar. Sesuai dengan perkembangan normal anak, pada usia 4 sampai 8 tahun mereke sudah dapat melemparkan bola dalam dua tingkat keterampilan, yaitu dasar dan matang.

a. Tingkat dasar.
Percobaan pertama yang dilakukan, biasanya ditunjukkan dengan lemparan dua tangan di bawah maupun di atas lengan. Semakin bertambah usianya, bola yang lebih kecil dapat dipakai untuk melatih belajar melempar dengan satu tangan.
Pada usia TK pada umumnya sudah dapat menunjukkan pola melempar dengan paling tidak tubuhnya sudah biasa menghadap ke sasaran. Terlihat adanya putaran pada badan bagian atas apabila lengan diayun ke belakang.
Gerakan maju pada saat melempar akan bersamaan dengan badan membungkuk ke depan sebagai akibat pemindahan berat badan pada saat melangkah yang dilakukan pada sisi tungkai yang sama dengan tangan yang melempar. Gerakan lanjutannya adalah ke depan dan ke belakang.


b. Tingkat matang
Pada tingkat ini sudah terlihat koordinasi sekuensi gerakan, di mana tubuh dipakai untuk mengerahkan gaya atau tenaga dengan efisien dan efektif.
Keseimbangannya akan dibantu dengan pemindahan berat bada dan gerakan horizontal ke depan pada sisi lengan yang tidak melempar. Si anak mencoba berdiri dengan bahu lebar diagonal ke belakang sedikit miring ke bawah. Ini berarti ada putaran badan pada saat berat badan dipindahkan ke kaki belakang, lengan ayun ke belakang, lengan atas menyudut dan siku bengkok 900.
Pada saat gerakan maju dimulai, putaran badan dilakukan melalui pinggul, punggung dan bahu, kemudian membawa lengan atas ke posisi yang lurus dari bahu dengan sikunya mendahului lengan bawah (ibu jari mengarah ke belakang). Pada saat ini lengan bawah dengan cepat diluruskan yang diikuti dengan lecutan pergelangan tangan saat bola terlepas. Pemindahan berat badan dari kaki belakang akan diakhiri pada saat melangkahkan kaki yang berlawanan ke depan (agak sedikit keluar). Gerak lanjutan (follow through) ke depan akan sedikit memotong garis tengah tubuh.
Berikut karakteristik umum yang berkaitan dengan tingkatan melempar yang sudah matang.
1) Kedua kaki sedikit terbuka dengan kaki kiri dilangkahkan ke depan (bila tangan kanan yang melempar).
2) Badan akan berputar ke sisi lempar dan berat badan dipindahkan ke kaki belakang.
3) Sudah ada putaran badan yang lebih nyata melalui pinggul, punggung dan bahu.
4) Perpindahan berat badan dengan melangkahkan kaki ke depan sebelum bola dilepaskan.
5) Ada pelurusan siku sebelum bola dilepaskan dan gerakan badan terus berlanjut ke depan (follow through).


c. Pengamatan Gerak
Keterampilan dalam melempar memerlukan koordinasi berbagai gerakan tubuh, sedangkan pengusaan melempar sudah dapat dilihat pada usia 5 sampai 6 tahun, bagi mereka yang terlibat dalam pengalaman bermain. Analisis serta koreksi lebih awal terhadap gerakan melempar yang tidak efektif, akan banyak membantu mereka untuk menguasai keterampilannya.
Beberapa masalah yang umum muncul dalam melempar adalah berikut ini.
1) Penempatan kaki kanan (bila ia melempar dengan tangan kanan) sedikit lebih di depan.
2) Gagal memindahkan berat badan ke kaki belakang (berikan latihan gerak menggoyang badan ke depan-belakang, dengan atau tanpa bola).
3) Gagal memindahkan badan (latih gerakan twisting dan turning dengan kepala dan kaki diam.)
4) Penempatan lengan atau terlalu dekat dengan kepala atau di belakang kepala (siku harus 900).
5) Penempatan lengan atau terlalu dekat dengan badan (sudut bahu 900, siku dibawa ke luar).
6) Bola dipegang dengan telapak tangan (pegang bola jauh dari telapak tangan pegang dengan jari saja).
7) Gagal membawa siku ke depan pada lengan lempar.
8) Bola dilepaskan terlalu cepat atau terlambat (lecutkan pergelangan tangan dan lepaskan bola saat lengan lurus).
9) Gagal meluruskan lengan dengan cepat.
10) Gagal melakukan gerak lanjutan (follow through).
11) Gagal memukul sasaran.

Putaran badan merupakan kunci dalam menguasai lemparan di atas lengan. Untuk menilai gerakan lemparan Anda dapat mengeceknya melalui sekuensi gerak berikut ini.

d. Variasi Gerak
Pada semua tingkat permainan selalu menawarkan berbagai macam kesempatan kepada si anak untuk belajar melempar dari bawah tangan, samping atau dari atas kepala.
Gambar-gambar bagaimana seharusnya melempar, akan sangat banyak membantu si anak dalam melakukan lemparan yang benar dan bentuk permainan yang dinamis dapat membantu untuk mempercepat penguasaan keterampilan ini.
Variasi gerakan dapat Anda ciptakan berdasarkan dimensi ruang, waktu, gaya yang dikembangkan dan lain sebagainya.

e. Petunjuk pembelajaran
1) Siapkan bentuk pengajaran yang baik.
2) Lebih menyarankan jarak lemparan dengan bola yang dapat dipegang dengan mudah.
3) Gunakan bola lunak (busa) sebelumnya dan lanjutkan dengan menggunakan bola yang agak keras.
4) Pikirkan upaya-upaya mengajarkan bagaimana si anak dapat melakukan putaran badan dengan benar.
5) Biarkan penekanan untuk gerakan siku yang lebih bebas
6) Tekankan pada kecepatan gerak, putaran pinggul, dan follow through.
7) Penekanan kepada jarak lemparan

f. Konsep keterampilan memberi petunjuk pada anak
1) Pandangan arahkan ke sasaran.
2) Putar bahu / ke sasaran.
3) Siku jauhkan dari badan.
4) Bola dipegang oleh jari dan tempatkan ibu jari dekat dengan telinga.
5) Berat badan pindahkan dari kaki belakang ke kaki depan pada saat melempar.
6) Siku bergerak lebih dahulu baru diikuti dengan pergelangan lengan.
7) Ayunkan kaki depan ke depan teruskan dengan follow through.




RANGKUMAN
Setiap orang memiliki pertumbuhan fisik yang berbeda-beda, ada yang cepat ada yang lambat. Demikian juga halnya dengan anak-anak, ada yang normal dan ada yang tidak normal. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik seorang anak, misalnya keturunan dari orang tua, asupan gizi yang kurang ketika berada di dalam kandungan, lingkungan yang tidak mendukung atau bahkan pemberian stimulasi yang salah. Untuk hal inilah maka seorang guru, dalam hal ini adalah guru TK harus memiliki pengetahuan yang cukup agar anak-anak TK dapat berkembang dengan baik. Tanpa adanya resiko untuk mengalami suatu kesalahan.
Berikut akan disimpulkan hal-hal penting yang berhubungan dengan sebagai berikut ,
1. Pada anak usia prasekolah, perkembangan gerak merupakan perubahan kemampuan yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan geraknya. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Prinsip program pengembangan gerak anak usia prasekolah adalah terjadinya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Kemampuan gerak pada anak dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu pertama karena faktor pertumbuhan dan kematangan dan kedua karena faktor latihan atau belajar. Pada faktor pertama, perubahan kemampuan yang terjadi hanya meningkatkan keterampilan sampai batas minimal, sedangkan pada faktor kedua perubahan kemampuan yang terjadi bersifat melekat, artinya proses belajar dan latihan akan mengubah anak menjadi anak dengan kemampuan baru.
4. Agar pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi secara optimal maka setiap pendidik anak usia dini perlu memahami karakteristik perkembangan gerak anak di setiap rentang usia serta program kegiatan perkembangan gerak secara tepat, aman, nyaman, dan menyenangkan.












DAFTAR PUSTAKA

1. Cratty, Bryant J. Movement Behavior and Motor Development Philadelphia : Lea and Febiger, 1967

2. Cratty, Bryant J. Perseptual and Motor Development in Infants and Children. New Jersey : Prentice – Hall, 1986

3. Sujiono. B. Metode Pengembangan Fisik, Departemen Pendidikan Nasional. UT Jakarta, 2005.

4. Sulintaha, Teori Bermain untuk D2. Pejaskes, Jakarta : Depdikbud. Dirjen Dikti, 1992.

5. Toko C.M. Perkembangan Motorik pada Masa Anak-anak. Dirjen Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional, 2004.

Rabu, 31 Agustus 2011

PROPOSAL TESIS

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK A TK YANG MEMILIKI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR YANG BERBEDA

PROPOSAL TESIS


Oleh :
RINI NURHAYATI
090020279


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
2011



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manejemen berbasis sekolah dan pembaruan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Usia anak Taman Kanak-kanak sering disebut dengan usia emas (golden age) oleh karena itu proses pembelajaran pada anak usia ini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi si anak melalui pengalaman nyata (Nurani, 2003:1). Melalui pengalaman nyata itu akan memungkinkan anak untuk melanjutkan aktifitas dan rasa ingin tahu (curiosity) secara optimal dan menempatkan posisi guru sebagai pendamping, pembimbing, serta fasilittor bagi anak. Proses pendidikan seperti ini dapat menghindari bentuk
pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan guru menjadi dominan.
Anak yang dimaksud adalah kelompok anak berusia 4 – 6 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis. Pada hakikatnya anak adalah seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan tertentu dan kebutuhan yang berbeda dengan orang dewasa. Sedangkan ahli psikologi menganggap bahwa anak sebagai manusia kecil yang memiliki potensi, tingkah laku dan karakteristik tertentu dank has yang tidak sama dengan orang dewasa dan harus dikembangkan sehingga ia nanti akan berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat dimana ia berada.
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, program pendidikan harus mampu memberikan bekal kepada peserta didik untuk memiliki daya saing yang tinggi dan tangguh. Daya saing yang tangguh dapat terwujud jika peserta didik memiliki kreativitas, kemandirian, kemampuan dasar dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat.
Pembelajaran persiapan dasar berhitung di Taman Kanak-Kanak diberikan secara integrasi pada program pengembangan kemampuan dasar sesuai dengan SE Direkur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional nomor: 6205/C/DS/1999 tanggal 27 Juli 1999, ketrampilan membaca, menulis, berhitung bukan merupakan tujuan utama dan dilakukan dengan bermain. Bagaimana cara terbaik untuk melakukan hal itu? Guru harus mampu menandai anak telah siap untuk menerima pengajaran dan kemampuan yang lebih tinggi dan mampu memberikan bimbingan yang bersifat individual atau kelompok kecil. Karena tidak semua anak di kelas tersebut mampu menerima kegiatan pembelajaran yang lebih tinggi. Artinya melatih ketrampilan berhitung tidak diberikan secara klasikal, karena tidak semua anak mengalami tingkat perkembangan kognitif yang sama. Bila hal ini dilakukan berarti melakukan pemaksaan kepada anak yang pada gilirannya akan merugikan anak selanjutnya.
Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun sebelum memasuki pendidikan dasar (Undang-undang No. 20 tahun 2003). Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain itu berdasarkan penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk Taman Kanak-Kanak mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk Taman Kanak-Kanak di kelas I Sekolah Dasar.
Usia 4 – 6 tahun merupakan masa peka bagi anak, anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi fisik dan pskis yang siap merespon stimulasi yang diberikan lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, kedisiplinan, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Istilah pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki makna yang berbeda. Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti sel tubuh bertambah banyak, sel tumbuh dalam ukuran. Perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya (Padmonodewo, Soemiarti, 2000:20).
Program pembelajaran dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal memadukan aspek-aspek perkembangan anak didik secara utuh, yang mencakup bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar (Depdiknas, 2006:4). Bidang pengembagan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menenrus yang ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Sedangkan bidang kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang pengembangan kemampuan dasar tersebut meliputi aspek perkembangan berbahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.
Dalam mengembangkan diri anak didik di Taman Kanak-Kanak tersebut memerlukan dukungan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana seperti alat peraga/ alat permainan, perabot kelas, ruang kegiatan/ bermain, program-program pengembangan yang memadai, serta suasana pendidikan yang menunjang. Idealnya berbagai fasilitas, sarana dan prasarana perlu tersedia secara lengkap di Taman Kanak-kanak, agar penyelenggraan pelayanan pendidikan bagi anak didik di Taman Kanak-kanak yang bersangkutan dapat benar-benar berjalan dengan baik. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik dapat tercapai secara baik dan benar.
Pergeseran tanggungjawab pengembangan kemampuan skolastik (akademik) dari sekolah dasar ke taman kanak-kanak terjadi di mana-mana baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak sekolah dasar seringkali mengajukan persyaratan atau mengadakan tes dengan menggunakan konsep akademik, terutama tes berhitung. Lembaga pendidikan dasar seperti itu sering dianggap sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dan bonafid.
Gejala-gejala atau praktek pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba-lomba mengajarkan kemampuan akademik dengan mengadopsi pola-pola pembelajaran di sekolah dasar. Akibatnya tidak jarang pendidikan Taman Kanak-Kanak tidak lagi menjadi taman yang paling indah, tempat bermain dan berkawan banyak, tetapi beralih fungsi menjadi "sekolah TK" dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada penargetan kemampuan akademik, proses belajar mengajar mengadopsi sekolah dasar dan bentuk penugasan pekerjaan rumah pada anak. Kondisi ini justru diperparah desakan orang tua agar bisa memasukkan anaknya ke sekolah dasar bonafid atau favorit.
Sejalan dengan hal ini, maka faktor guru dalam proses pembelajaran sangatlah menentukan. Dalam hal pemilihan metode mengajar misalnya, guru harus mempertimbangkan karakteristik anak Taman Kanak-Kanak. Anak Taman Kanak-Kanak memiliki dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan alam sosialnya lebih baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar (Hieldebrand, dalam Moeslichatoen, 1999 : 11). Rasa ingin tahu anak juga mendorongnya untuk menemukan sendiri jawaban yang berkaitan dengan upaya memahami manusia yang berada di lingkungannya, yaitu tentang bagaimana cara bergaul dengan teman, memahami perasaan teman, dan sebagainya.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh guru adalah mengenai alat peraga bermain / media sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi anak dalam kreativitas dan kemandirian belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Yuliani Nurani (2003:16) yang menyatakan bahwa dalam setiap kegiatan bermain sambil belajar atau kegiatan stimulasi pada anak perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi dan dilihat kemanfaatannya (efektifitas dan efisiensi), antara lain pemanfaatan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh guru.
Proses belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu, salah satu upaya untuk meningkatkan perubahan tingkah laku tersebut adalah dengan kemandirian belajar. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. (Mudjiman, 2008:7)
Berdasarkan pengamatan di dalam kelas, khususnya kelas/ kelompok A TK Negeri Pembina Kabupaten Kediri, pada awal semester I tahun pelajaran 2010-2011, kurang berminat di area Matematika disebabkan kurangnya media, sehingga anak merasa bosan dan alternatif pilihan di area yang menyiapkan banyak media misalnya area seni, area IPA, area bak pasir, area bak air. Sehingga berdasarkan pengamatan melalui evaluasi SKH, aspek pengembangan kognitif anak tidak bisa berkembang secara optimal.
Orang tua berharap anaknya dimasukkan ke Taman Kanak-Kanak tuntutannya agar cepat bisa mandiri, terutama dalam kemandirian belajar untuk persiapan masuk ke sekolah dasar, dan bisa berhitung dengan cepat. Dari alasan tersebut di atas peneliti mencoba menggunakan media yang bisa memberikan pengaruh perkembangan kemampuan kognitif anak yang memiliki kemandirian belajar yang berbeda. Media yang digunakan adalah media kartu angka dan puzzle angka. Usaha tersebut sejalan dengan dengan penerapan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang diterapkan di TK Negeri Pembina Kabupaten Kediri.
Media permainan kartu angka dan puzzle angka adalah merupakan media yang diduga efektif digunakan guru dalam pengembangan kemampuan kognitif untuk mengenalkan angka dan berhitung. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti (Depdiknas, 2006:5). Menurut Hildayani (2006:9,9) setelah masa bayi dan balita, anak memasuki masa awal kanak-kanak (early childhood). Anak-anak ini berada pada rentang 3 – 6 tahun. Pada masa ini intelektual anak berekmbang amat pesat. Pendapat lain menyatakan perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan (Padmonodewo, S, 200:27).
Penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak untuk mengembangkan kemampuan kognitif diduga akan dipengaruhi oleh perbedaan kematangn (usia) anak. Seringkali faktor kemandirian atau keberanian anak untuk tertarik atau tidak melakukan kegiatan-kegiatan belajar dan bermain yang disediakan guru, dioengaruhi oleh usia anak. Menurut Yuliani Nurani mengatakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah kematangan (Nurani, 2006:1.24). Tiap organ fisik/ pkikis dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kesanggupan tersebut erat kaitannya dengan usia kronologis (usia kalender).
Permasalahan pokok yang akan diteliti adalah penggunaan media dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak tersebut akan dikontrol dengan tingkat kemandirian belajar anak yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak yang diajar menggunakan media permainan kartu angka dan yang diajar menggunakan media permainan puzzle angka?
2. Adakah perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak antara kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah?
3. Adakah interaksi antara penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dengan tingkat kemandirian belajar dalam kaitannya terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak?

C. Hipotesis
Rumusan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Ada perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak yang diajar menggunakan media permainan kartu angka dan yang diajar menggunakan media permainan puzzle angka.
2. Ada perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak antara kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.
3. Ada interaksi antara penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dengan tingkat kemandirian belajar dalam kaitannya terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak.


D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi variable-veriabel sebagai berikut:
a. Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dimanipulasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel tergantung/ terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan media permainan kartu angka dan puzzle angka.
b. Variabel terikat adalah variabel respon atau output, yaitu variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah perkembangan kemampuan kognitif.
c. Variabel moderator adalah variabel antar, yang diduga turut berpengaruh terhadap output. Variabel moderator adalah kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.

2. Definisi Operasional Variabel
Agar pengertian masing-masing variabel definitif dan tidak bias, perlu didefinisikan secara jelas.
a. Media permainan kartu angka dan puzzle angka
adalah penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK).

b. Perkembangan Kemampuan Kognitif
adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir, menemukan alternatif pemecahan masalah, logika matematika, kemampuan untuk memilih-milih, mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti.

c. Kemandirian belajar
Kemandirian dapat tumbuh jika anak diarahkan untuk melakukan tugas dan kegiatannya. Pada kegiatan belajar, guru hendaknya member pengarahan dan penjelasan seperlunya sehingga anak mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, mampu bertanggungjawab, berani menghadapi masalah serta tidak terpengaruh atau tergantung pada orang lain.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Membuktikan ada tidaknya perbedaan penggunakan media permainan kartu angka dan puzzle angka terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak.
2. Membuktikan ada tidaknya perbedaan kemampuan kognitif anak antara yang memiliki kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.
3. Membuktikan ada tidaknya interaksi antara penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dengan tingkat kemandirian belajar terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak.

Kamis, 28 Juli 2011

SATUAN KEGIATAN HARIAN (SKH)

SATUAN KEGIATAN HARIAN

KELOMPOK : A
SEMESTER / MINGGU : II / 13
TEMA / SUB TEMA : TANAH AIRKU / KOTA TEMPAT TINGGALKU
HARI, TANGGAL : SELASA, 24 MEI 2011
WAKTU : 07.30 – 10.00


INDIKATOR :
- Menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana dengan urut. (Bhs. 7)

- Senam fantasi bentuk meniru, misalnya menirukan berbagai gerakan hewan, menirukan gerakan tanaman yang terkena angin (sepoi-sepoi dan angin kencang dan kencang sekali ) dengan lincah. (FM 24)

- Mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman, balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan ke dalam air (terapung, tenggelam), benda-benda dijatuhkan (gravitasi), benda-benda didekatkan dengan magnet, mengamati benda-benda dengan kaca pembesar, macam-macam rasa, mencium macam-macam bau, mendengar macam-macam bunyi. (Kog. 9)

- Meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran. (FM 3)

- Mewarnai benda 3 dimensi dengan berbagai media. (Seni 6)

- Membedakan ciptaan-ciptaan Tuhan. (P7)

- Mengucapkan syair lagu sambil diiringi dengan senandung lagu. (Seni 35)


KEGIATAN PEMBELAJARAN
I. KEGIATAN AWAL + 30 menit
- Bernyanyi, berdoa, salam
- Berbagi dan bercerita tentang kegiatan harian anak
- Bercerita tentang pengalaman naik kendaraan ke Simpang Lima Gumul.
- Menirukan gerakan naik mobil ke Simpang Lima Gumul.




II. KEGIATAN INTI + 60 menit
- Area IPA (Sains)
Melihat dan mengamati perahu dan jangkar yang dimasukkan ke dalam air.

- Area Matematika
Bermain kartu angka

- Area Seni dan Motorik
Mewarnai bentuk gambar mobil 3 dimensi.


III. ISTIRAHAT + 30 menit
- Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan.
- Makan
- Bermain

IV. KEGIATAN AKHIR + 30 menit
- Membedakan ciptaan Tuhan (kuda dan delman)
- Bersenandung dan mengucap syair lagu “Naik Delman”
- Diskusi kegiatan hari ini dan informasi kegiatan esok hari.
- Menyanyi, berdo’a, pulang.

METODE
- Bercerita
- Praktek Langsung
- Eksperimen
- Pemberian Tugas


ALAT DAN SUMBER BELAJAR
- Peraga Langsung (Anak)
- Bentuk Perahu
- Bentuk Jangkar
- Toples + air
- Kartu angka
- Buku tulis
- Pensil
- Penghapus
- Gambar mobil 3 dimensi.
- Krayon
- Air
- Serbet
- Bekal anak
- Alat bermain di luar kelas

ALAT PENILAIAN
- Observasi
- Unjuk Kerja
- Penugasan
- Hasil Karya

Mengetahui Kediri, 24 Mei 2011
Kepala TK Negeri Pembina
Kab.Kediri Guru Kelompok A



ENDAH APRIYANTI, S.Pd. RINI NURHAYATI, S.Pd.
NIP. 19700403 199802 2 008 NIP. 19710105 200604 2 024

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan sumber daya manusia ( SDM ), walaupun usaha pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan formal ( sekolah ). Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang sebagai sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan sistematis, programatis, dan berjenjang.
Kemajuan pendidikan dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk menangkap proses informatisasi dan kemajuan teknologi. Karena Proses informatisasi yang cepat karena kemajuan teknologi semakin membuat horizon kehidupan didunia semakin meluas dan sekaligus semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian dibelahan bumi yang lain, baik masalah politik, ekonomi , maupun sosial.
Sejalan dengan hal diatas, Tilaar menyatakan bahwa :
“ Kesetiakawanan sosial umat manusia semakin kental, hal ini berarti kepedulian umat manusia terhadap sesamanya semakin merupakan tugas setiap manusia, pemerintah, dan sistem pendidikan nasional. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab setiap warga Negara terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan masyarakat dan Negara, juga umat manusia.” (H.A.R Tilaar , 2004 : 4)
Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain; setiap manusia akan selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai segi kehidupan. Kesetiakawanan sosial yang merupakan bagian dari proses pendidikan dan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat kuat bagi individu untuk berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dalam proses pelaksanaannya di lapangan, kesetiakawanan sosial diwujudkan melalui interaksi antarmanusia, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Interaksi antarmanusia dapat terjadi dalam berbagai segi kehidupan di belahan bumi, baik dibidang pendidikan,ekonomi, sosial, politik budaya, dan sebagainya. Interaksi di bidang pendidikan dapat diwujudkan melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan masyarakat , guru dengan guru, guru dengan masyarakat disekitar lingkungannya.
Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukan oleh Corey (1986 ) dalam Syaiful Sagala (2003 : 61 ) dikatakan bahwa :
“ Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.”
Selanjutnya Syaiful Sagala , menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu :
“ Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. “ (Syaiful Sagala,2003 : 63 )
Dari uraian diatas, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak.
Dengan intensitas yang tinggi serta kontinuitas belajar secara berkesinambungan diharapkan proses interaksi sosial sesama teman dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya mereka saling berbeda pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan sikap demokratis antar sesama.
Paradigma metodologi pendidikan saat ini disadari atau tidak telah mengalami suatu pergeseran dari behaviourisme ke konstruktivisme yang menuntut guru dilapangan harus mempunyai syarat dan kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar dihayati.
Sejalan dengan pendapat diatas, pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah:
“Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit ) dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi Pembelajaran itu dan membentuk makna melalui pengalaman nyata. (Depdiknas,2003:11)
Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center ) . Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar sedemikian rupa , sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong (cooperative learning)
Untuk menciptakan situasi yang diharapkan pada pernyataan diatas seoarang guru harus mempunyai syarat-syarat apa yang diperlukan dalam mengajar dan membangun pembelajaran siswa agar efektif dikelas, saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan saling menghargai (demokratis ) , diantaranya :
1. Guru harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu mengajar, variasi metode mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, sehingga kelas menjadi hidup, metode pelajaran yang selalu sama( monoton ) akan membosankan siswa.
2. Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada kemajuan , perkembangan siswa,. Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi guru tepat dan mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas maka siswa akan belajar lebih tekum, giat dan lebih bersemangat.(Slamet ,1987 :92 )
Kita yakin pada saat ini banyak guru yang telah melaksanakan teori konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas tetapi volumenya masih terbatas, karena kenyataan dilapangan kita masih banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya melaksanakan kewajiban. Ia tidak memerlukan strategi, metode dalam mengajar, baginya yang penting bagaimana sebuah peristiwa pembelajaran dapat berlangsung.
Disisi lain menurut Hartono Kasmadi (1993 :24) bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dimana pengajar masih memegang peran yang sangat dominan, pengajar banyak ceramah (telling method) dan kurang membantu pengembangan aktivitas murid .
Dari uraian diatas, tidak dipungkiri bahwa dilapangan masih banyak guru yang masih melakukan cara seperti pendapat diatas, dan diakui bahwa banyaka faktor penyebabnya sehingga kita akan melihat akibat yang timbul pada peserta didik, kita akan sering menjumpai siswa belajar hanya untuk memenuhi kewajiban pula, masuk kelas tanpa persiapan, siswa merasa terkekang, membenci guru karena tidak suka gaya mengajarnya, bolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, takut berhadapan dengan mata pelajaran tertentu, merasa tersisihkan karena tidak dihargai pendapatnya, hak mereka merasa dipenjara , terkekang sehingga berdampak pada hilangnya motivasi belajar, suasan belajar menjadi monoton, dan akhirnya kualitas pun menjadi pertanyaan.
Dari permasalahan yang ada , sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan stakeloders mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah terutama guru sebagai ujung tombak dilapangan (di kelas) karena bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat terhadap kemajuan dan peningkatan kompetensi siswa , dimana hasilnya akan terlihat dari jumlah siswa yang lulus dan tidak lulus.dengan demikian tangung jawab peningkatan mutu pendidikan di sekolah , selalu dibebankan kepada guru .lalu bagaimana kesiapan unsur-unsur tersebut dalam peningkatan mutu proses pembelajaran ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Pendidikan
Menururt pendapat Ki Hajar Dewantoro dalam Kongres Taman Siswa ( 1930 ) mengungkapkan :
“Pendidikan. Umumnja berarti daja-upaja untuk memadjukan bertumbuhnja budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak: …
[Pendidikan. Umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak: …]” (Ki Hajar Dewantoro, 1962: 3)
Sedangkan Lodge dalam Ismaun menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut :
“In the narrower sense, education is restricted to that functions, it’s background, and it’s outlook to the member of the rising generation, ………. In the narrower sense, education becomes, in practice identical with schooling, i.e. formal instruction under controlled conditions”.
Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol. (Ismaun, 2007: 57). Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. (Syaiful Sagala , 2006 : 3).
Sementara itu Hamid Darmadi (2007 : 3 ) berpendapat endidikan mengadung tujuan yang ingin dicapai, yaitu membentuk kemampuan individu mengembangkan dirinya yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehinga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu.
Selanjutnya Dodi Nandika (2007:15 ) Pendidikan bukan sekedar mengajarkan atau mentransfer pengetahuan, atau semata mengembangkan aspek intelektual, melainkan juga untuk mengembangkan karakter, moral, nilai-nilai, dan budaya peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan adalah membangun budaya, membangun peradaban, membangun masa depan. alam Kamus Besar bahasa Indonesia (1995 : 232) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses, perbuatan, cara mendidik. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa :
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadaian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan Negara .”
Selanjutnya, Sihombing (2002) dalam Ety Rochaety, dkk (2005 :7 ) bahwa pendidikan mengandung pokok-pokok penting sebagai berikut :
1. Pendidikan adalah proses pembelajaran
2. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
3. Pendidikan berusaha mengubah atau mengembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku positif.
4. Pendidikan merupakan perbuatan atau kegiatan sadar
5. Pendidikan berkaitan dengancara mendidik
6. Pendidikan memiliki dampak lingkungan
7. Pendidikan tidak berfokus pada pendidikan formal
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa pendidikan merupakan sutau system yang memiliki kegiatan cukup kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu dengan yang lain, dengan tujuan untuk membangun masa depan bangsa.
Jika menginginkan pendidikan secara teratur , berbagai elemen (komponen ) yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenal terlebih dahulu.untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu system yang dapat dilihat secara mikro dan makro .

B. Hakekat Mutu Pendidikan
Sebelum membahas tentang mutu pendidikan terlebih dahulu akan dibahas tentang mutu dan pendidikan. Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang dikemukakan oleh Edward Sallis (2006 : 33 ) mutu adalah Sebuah filsosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53 ) mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dan dapat dirasakan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677 ) menyatakan Mutu adalah (ukuran ), baik buruk suatu benda;taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb) kualitas. Selanjutnya Lalu Sumayang ( 2003 : 322) menyatakan quality (mutu ) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality adalah tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulan bahwa mutu (quality ) adalah sebuah filsosofis dan metodologis, tentang (ukuran ) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan
Dalam pandangan Zamroni ( 2007 : 2 ) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Teori manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal dengan Total Quality Management.(TQM) akhir-akhir ini banyak diadopsi dan digunakan oleh dunia pendidikan dan teori ini dianggap sangat tepat dalam dunia pendidikan saat ini.
Konsep total quality management pertama kali dikemukakan oleh Nancy Warren, seorang behavioral scientist di United States Navy (Walton dalam Bounds, et. al, 1994). Istilah ini mengandung makna every process, every job, dan every person (Lewis & Smith, 1994). Pengertian TQM dapat dibedakan menjadi dua aspek (Goetsch & davis, 1994).
Aspek pertama menguraikan apa TQM. TQM didefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi.
Aspek kedua menyangkut cara mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri atas : (a) focus pada pelanggan (internal & eksternal), (b) berorientasi pada kualitas, (c) menggunakan pendekatan ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerja sama tim, (f) menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan, (h) menerapkan kebebasan yang terkendali, (i) memiliki kesatuan tujuan, (j) melibatkan dan memberdayakan karyawan.(Ety Rochaety,dkk,2005 :97)
Edward Sallis ( 2006 :73 ) menyatakan bahwa Total Quality Management (TQM) Pendidikan adalah sebuah filsosofis tentang perbaikan secara terus- menerus , yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan , keinginan , dan harapan para pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan datang
Di sisi lain, Zamroni memandang bahwa peningkatan mutu dengan model TQM , dimana sekolah menekankan pada peran kultur sekolah dalam kerangka model The Total Quality Management (TQM). Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu : kemampuan akademik, sosial, dan moral. (Zamroni , 2007 :6 )
Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.

C. Faktor-Faktor Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim ( 2007 : 56 ), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan :
1. Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
2. Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
3. Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
4. Kurikulum; sdanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal;
5. Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan / instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja
Berdasarkan pendapat diatas, perubahan paradigma harus dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu dilingkungan kerja khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork ) yangn saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals ) akan tercipta dengan baik

D. Unsur-unsur yang terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro dan mikro pendidikan, seperti yang dijabarkan di bawah ini :
1. Pendekatan Mikro Pendidikan :
Yaitu suatu pendekatan terhadap pendidikan dengan indicator kajiannya dilihat dari hubungan antara elemen peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Secara lengkap elemen mikro sebagai berikut :
• Kualitas manajemen
• Pemberdayaan satuan pendidikan
• Profesionalisme dan ketenagaan
• Relevansi dan kebutuhan.
Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan satuan pendidikan merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai tujuan, dan untuk mencapai tujuan ini ada berbagai sumber dan kendala, dengan memperhatikan sumber dan kendala ditetapkan bahan pengajaran dan diusahakan berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil belajar. hasil belajar perlu dinilai dan dari hasil penilaian dapat merupakan umpan balik sebagai bahan masukan dan pijakan.
Secara mikro diagram alur proses pendidikan dapat dilihat dibawah ini :

Sumber : Ety Rochaety,dkk (2005:8 )
Dari gambar diatas, bahwa pengetahuan teori yang didapatkan dari seorang guru melalui kualitas manajemen dengan harapan tujuan pendidikan akan tercapai, tujuan akan tercapai jika dibekali dengan bahan sehingga proses pendidikan akan terlaksana dengan baik sehingga akan menghasilkan penampilan (hasil belajar) hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu melalui penilaian dengan dasar criteria penilaian , hasil dari penampilan akan dijadikan umpan balik.



2. Pendekatan Makro Pendidikan ;
Yaitu kajian pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan elemen sebagai berikut:
• >Standarisasi pengembangan kurikulum
• Pemerataan dan persamaan, serta keadilan
• Standar mutu
• Kemampuan bersaing.
Tinjauan makro pendidikan menyangkut berbagai hal yang digambarkan dalam dua bagan ( P.H Coombs, 1968 ) dalam Etty Rochaety, dkk (2005 : 8 ) bahwa pendekatan makro pendidikan melalui jalur pertama yaitu INPUT SUMBER – PROSES PENDIDIKAN – HASIL PENDIDIKAN , seperti pada gambar di bawah ini :

Sumber : Ety Rochaety, dkk (2005 : 9 )
Input sumber pendidikan akan mempengaruhi dalam kegiatan proses pendidikan , dimana proses pendidikan didasari oleh berbagai unsur sehingga semakin siap suatu lembaga dan semakin lengkap komponen pendidikan yang dimiliki maka akan menciptakan hasil pendidikan yang berkualitas.


Selanjutnya Syaiful Sagala (2004 : 9 ) menyatakan solusi manajemen pendidikan secara mikro dan makro yang dituangkan dalam gambar berikut :

Sumber: Syaiful Sagala (2004 : 9)

E. Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Secara umum untuk meingkatkan mutu pendidikan harus diawali dengan strategi peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsure makro dan mikro pendidikan ikut terlibat, untuk menciptakan (Equality dan Equity ) , mengutip pendapat Indra Djati Sidi ( 2001 : 73 ) bahwa pemerataan pendidikan harus mengambil langkah sebagai berikut :
1. Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan secara individual kepada siswa.
2. Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah tersedia, antara lain melalui double shift ( contoh pemberdayaan SMP terbuka dan kelas Jauh )
3. Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu embelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
4. Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB ) dan Ruang Kelas Baru (RKB ) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap –tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta.
5. Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.
6. Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta mengangani penuntansan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan peningkatan mutu sekolah secara umum dapat diambil satu strategi dengan membangun Akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan , seperti kepemimpinan sekolah Kaizen ( Sudarwan Danim, 2007 : 225 ) yang menyarankan :
1. Untuk memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental dalam struktur perusahaan
2. Menggabungkan aspek –aspek positif individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
3. Berfokus pada detaiol dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
4. Menerima tanggung jawab pribadi untuk selalu mengidentifikasikan akar menyebab masalah
5. Membangun hubungan antarpribadi yang kuat
6. Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik dan nasihat yang konstruktif
7. Memelihara sikap yang progresif dan berpandangan ke masa depan
8. Bangga dan menghargai prestasi kerja
9. Bersedia menerima tanggung jawab dan mengikuti pelatihan


BAB III
PENUTUP

Kepemimpinan kepala sekolah dan kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif, mrupakan salah satu tolok ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua elemen ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran , kedua elemen ini merupakan fugur sentral yang dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat (orang tua ) siswa , kepuasan masyarakat akan terlihat dari output dan outcome yang dilakukan pada setiap periode. Jika pelayanan yang baik kepada masyarakat maka mereka tidak akan secara sadar dan secara otomatis akan membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah,sehingga dengan demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.










REFERENSI

Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta.
Dewantoro, Ki Hajar. 1962. Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta : Taman Siswa.
Edward Sallis. 2006. Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi ). Jogjakarta : IRCiSoD
Eti Rochaety,dkk.2005 . Sistem Informamsi Manajemen Pendidikan. Jakarta : bumi Aksara
Indra Djati Sidi.2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Logos
Ismaun. 2007. Filsafat Administrasi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan.
Lalu Sumayang.2003. Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta : Salemba Empat
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia..1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kloang klede Putra Timur
Sagala,Syaiful.2005.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
—————–.2004. Manajemen Berbasis Sekolah &Masyarakat. Bandaung : alfabeta
Sudarwan Danim.2007.Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Suyadi Prawirosentono. 2007 . Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu abad 21. Jakarta : Bumi Aksara
Zamroni. 2007 . Meningkatkan Mutu Sekolah . Jakarta : PSAP Muhamadiyah
*)) Mustakim, S.Pd.,MM adalah guru di SMP Negeri 2 Parungpanjang Kabupaten Bogor, saat ini sedang menempuh Program Doktoral (S3) pada Program Studi Administrasi Pendidikan-Pendidikan Pasca Sarjana UPI Bandung