Kamis, 03 Mei 2012

MENINGKATKAN KEBUGARAN ANAK USIA DINI DENGAN PEMBELAJARAN KECERDASAN JAMAK MELALUI TARI JARANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni tari pada anak usia dini adalah salah satu sarana pendiidkan untuk mengembangkan kepribadian anak yang positif dalam mencapai kedewasaan. Dalam proses mencapai kedewasaan, anak juga mengalami proses pengalihan kebudayaan sebagai model-model pengetahuan, nilai-nilai dan kepercayaan. Proses pengalihan kebudayaan yang meliputi proses sosialisasi, enkulturasi dan internalisasi, dikenalkan pada anak sejak anak usia dini melalui proses pembelajaran seni tari, anak mampu bersosialisasi dengan guru, lingkungan, sekolah, teman sebaya; anak mampu membentuk pola-pola yang tetap dan mantap melalui proses meniru yang dilakukan secara terus menerus; anak mampu mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadiannya yang ditunjukkan dengan ekspresi gerak. Di samping itu, anak juga dapat mengenal seni budaya, adat istiadat, norma-norma, tata peraturan yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Kebugaran anak usia dini melalui kegiatan menari sangat penting. Kebugaran mendukung motivasi belajar. Secara logika, apabila seorang anak sakit sulit untuk berkonsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki anak. Menjaga kebugaran untuk mencegah (preventif) agar anak tidak sakit. Pengembangan motorik kasar anak melalui kegiatan menari bertujuan untuk meningkatkan derajat kebugaran anak. Pengembangan potensi anak dalam seni tari selama ini hanya sekedar sebagai hiasan pengembangan kreatifitas, anak hanya berperan sebagai obyek dan tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi subyek. Dalam kegiatan pengembangan gerak melalui menari, kemampuan anak masih kurang optimal terutama pada ekspresi gerak. Agar kemampuan anak bisa tergali secara optimal, maka pemilihan metode yang tepat sangat membantu. Salah satunya untuk meningkatkan kemampuan mengekspresikan gerak dalam menari menggunakan metode demonstrasi. Tari melibatkan unsur-unsur kerja otot secara psikomotoris. Dalam kerja otot pada taraf beban tertentu (sesuai dengan kekuatan otot anak) dapat meningkatkan kebugaran. Tarian diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan lagu dolanan. Berdasarkan penelitian Suwardi, dkk (1998) tari dan lagu dolanan merupakan hal yang menarik, tetapi jarang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan perkembangan jiwa mereka yang masih senang (masa) terhadap permaianan (senang bermain). Kegiatan menari justru merupakan variasi teknik pembelajaran yang menarik bagi anak. Dengan kata lain pembelajaran tari anak memiliki keuntungan : (1) memvariasikan teknik, pembelajaran yang menarik sehingga tidak membosankan anak, (2) meningkatkan rasa rekreasi yang menyenangkan, (3) meningkatkan derajat kebugaran anak, (4) pembelajaran ini bersifat transdisipliner (tiga bidang pengembangan: pengembangan motorik kasar, pengembangan seni, pengembangan kognitif) (5) melestarikan budaya dan seni B. Rumusan Masalah 1. Seberapa besar kontribusi pengembangan kegiatan tari terhadap peningkatan kebugaran anak-anak? 2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tari Jaranan dengan metode demonstrasi dalam rangka meningkatkan ekspresi gerak anak? C.-Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kontribusi pengembangan kegiatan tari terhadap peningkatan kebugaran anak-anak. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran tari Jaranan dengan metode demonstrasi dalam rangka meningkatkan ekspresi gerak anak. BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Pustaka 1. Tari Tari adalah gerakan tubuh yang indah dan berirama yang merupakan ekspresi jiwa dari pelakunya (Murgiyanto, 1993: 1). Tari sebagai naluri, merupakan emosi dari dalam diri manusia yang mendorong seseorang untuk mencari ekspresi pada tari yaitu gerak dari luar tubuh yang ritmis dan lama kelamaan mengarah pada bentuk-bentuk tertentu. Humardani (1991: 9) menyatakan bahwa tari adalah suatu ekspresi yang paling mendasar dan paling tua yang diungkapkan melalui gerak, yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga mampu memberikan gambaran emosi penciptanya, baik perasaan senang, sedih, dendam, dan sebagainya. Sedyawati (Depdikbud, 1981: 168) mengemukakan bahwa tari merupakan cakupan kegiatan olah fisik. Media ungkap tari adalah gerak dengan menggunakan anggota tubuh manusia. Bahan-bahan gerak adalah jari-jari tangan, pergelangan tangan, kaki, tangan, kepala, mata dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat terdiri sendiri atau bergabung dan berurutan antara anggota badan yang satu dengan lainnya. Orang menari tidak perlu dibayangi oleh ketakutan tidak mempunyai bakat, tidak berparas cantik, tidak luwes, cacat tubuh, dan seterusnya. Belajar tari tidak tergantung pada umur, jenis kelamin, wajah, bentuk badan, keluwesan, dan kesempurnaan badan (Kussudiardja, 1992: 35). Walaupun unsur semua itu mendukung seseorang dalam profesi tari, tetapi orang belajar tari tidak hanya untuk menjadi seorang penari. Ia bisa menjadi kritikus tari, pencipta tari, peƱata tari, pengkaji tari, peneliti tari, dan sebagainya. Menurut Doris Humphrey (dalam Murgiyanto, 1983: 122) elemen-elemen dasar tari adalah gerak dan ritme. Pengalaman fisik yang paling pokok dari kehidupan manusia adalah gerak. Gerak tidak hanya terdapat dalam denyutan di seluruh tubuh manusia, tetapi juga terdapat dalam ekpresi dari pengalaman emosional manusia. Gerak merupakan gejala-gejala yang paling primer dan paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginan-keinginannya atau merupakan refleksi spontan dan gerak batin manusia. Untuk mengekpresikan gambar-gambar imajinatif, dapat digunakan tangan dan lengan, karena bagian ini yang paling banyak digunakan dalam gerak komunikasi. Karena tari merupakan komposisi gerak yang telah mengalami penggarapan (stirilisasi dan distorsi) atau proses, pengembangan gerak yang paling sederhana diawali dari gerak keseharian (wantah) menjadi gerak maknawai dan murni (tidak mempunyai maksud-maksud tertentu). Dari segala macam bahan ramuan tari, ritme adalah unsur yang paling kuat dan meyakinkan di samping kehebatan teknik gerak. Ritme merupakan pengaturan tempo dalam tari. Dalam melakukan gerakan, seseorang secara sadar maupun tidak telah melakukan suatu gerakan yang dipimpin dan dilakukan dengan bimbingan ritme, sedangkan koordinasi gerak adalah suatu kemampuan manusia dalam melakukan gerak, kekuatan, arah , dan kecepatan yang harmonis (Syarifudin, 1979: 57). Dengan koordinasi gerak ini seseorang menjadi bugar sehingga dapat melaksanakan kegiatan atau pekerjaan secara efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Pada dasarnya alat gerak manusia dibagi menjadi dua, yaitu alat gerak pasif (rangka badan) dan alat gerak aktif (otot badan) yang dapat menimbulkan gerak yang disadari pada sendi. Riddle (1977: 53 – 57) mengemukakan pada dasarnya gerakan dalam tubuh manusia dibedakan menjadi tiga macam gerak yaitu: (a) gerak menggeser (gliding movement), gerak yang sederhana sekali, sumbu geraknya sejajar dengan tulang yang bergeser. Misalnya melangkah maju, mundur, dan seterusnya; (b) gerak menyudut (angular movement), gerakan membuat sudut yang biasanya terjadi pada persendian yang dibentuk oleh tulangtulang panjang; (c) gerak berputar (rotation), gerakan mengelilingi poros atau sumbu badan. Otot merupakan salah satu unsur tersebut yang berkaitan langsung dengan tarian. Tarian merupakan ekpresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis dan indah. Peningkatan kontraksi otot dengan tarian dapat meningkatkan derajat kesehatan. Pelatihan tari sangat perlu bagi anak sebab (a) tari dapat menambah kebugaran tubuh. Menari meningkatakan kontraksi otot yang dilaksanakan melalui gerakan yang sesuai dengan karakteristik gerak tari. (b) Memupuk keindahan. Tarian menampakan keindahankreai dan karya, serta pesona. (c) Melestarikan budaya. Tarian merupakan karya anak negeri yang patut dilestarikan dan dikembangkan sebagai warisan budaya nenek moyang. (d) Meningkatakan kebersamaan , seperti tari dolanan anak bisanya ditarikan oleh sekelompok atau banyak anak. Oleh karena itu, kebersamaan dan kekiompakan senantiasa diperlukan. (e) Memberikan unsur rekreatif. Ketika anak-anak menari tampak keceriaan, kegembiraan, antusiasisme. Dengan unsur rekreatif diharapkan dapat mengurangi kejenuhan dan kejemuan kegiatan sekolah sehari-hari. Dengan demikian ini, diharapkan anak lebih termotivasi dan meningkatkan kinerja belajar anak. (f) Menari untuk menggali bakat. Dengan Pelatihan tari jaranan dan methok-menthok kelihatan anak-anak yang memiliki kemampuan dan bakat tari. Hal ini tampak dari gerak, liuk , indah dan luwesnya gerakan serta kecepatan menangkap pelajaran latihan tari. 2. Kebugaran Anak Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kerja secara efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Hisbullah dalam Irianto, 1997: 116). Hampir mirip dengan konsep kebugaran adalah kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani adalah kondisi tubuh yang berhubungan dengan kemampuan dan kesanggupan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan kekuatan, daya kreasi, dan daya tahan secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Depdikbud, 1992: 1). Sesuai dengan makna kebugaran dan kesegaran jasmani tersebut, betapa besar manfaat kebugaran dan kesegaran jasmani bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh setiap orang, apalagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, seperti anak-anak TK sampai SLTA. Kesegaran jasmani merupakan salah satu aspek fisik dari kesegaran menyeluruh (total fitness) yang memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup secara produktif dan dapat menyesuaikan diri dengan setiap pembebanan fisik secara layak (Depdikbud, 1980: 46). Selanjutnya Kirkendall (1980: 263) menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan melaksanakan tugas sehari-hari dengan penuh semangat dan kewaspadaan, tanpa kelelahan berarti dan masih memiliki banyak tenaga untuk menikmati waktu luang dan menghadapi keadaan darurat yang tak terduga. Jadi pada dasarnya kesegaran jasmani itu menyangkut kemampuan penyesuaian fisik seseorang terhadap perubahan faal tubuh yang disebabkan oleh kerja tertentu dan menggambarkan derajat kesehatan seseorang untuk berbagai tingkat aktivitas fisik. Kirkendall (1980: 263) menyatakan bahwa unsur-unsur kebugaran jasmani meliputi: kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiorespirasi, power, kelincahan, kelenturan, dan keseimbangan. Sedangkan menurut Neiman (1995: 36) menyebutkan bahwa unsur-unsur kesegaran jasmani yang terkait dengan kesehatan meliputi daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan, dan daya tahan otot, dan komponen yang terkait dengan keterampilan meliputi kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan power, dan waktu reaksi. Atas dasar ini, maka pembinaan dan peningkatan kesegaran jasmani melatihkan komponen-komponen kesegaran jasmani, baik yang terkait dengan kesehatan maupun yang terkait dengan keterampilan. Menurut Pollock (dalam Irianto, 1997: 116), kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari komponen daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, komposisi tubuh dan kelentukan. Untuk mencapai kebugaran jasmani diperlukan lahan yang disesuaikan dengan aturan olahraga yang meliputi frekuensi latihan, intensitas latihan, dan takaran lamanya latihan. Seorang anak dikatakan sehat apabila memiliki kesegaran jasmani, kebugaran jasmani, atau kesemaptaan jasmani. Ketiga istilah itu sebenarnya memiliki makna yang relatif sama. Makna mengandung unsur definisi (1) berkaitan dengan kemampuan alat-alat tubuh seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti bahkan memiliki tenaga cadangan, (2) alat tubuh dalam melaksanakan fungsi fisiologis menyesuaika dengan lingkungan, (3) masih siap untuk melaksanakan tuga keesokan harinya, (4) siap memikul beban gerak yang diminta atau direncanakan untuk diselesaikan dengan baik (Sardjono, 1992: 109 – 110). Kesegaran jasmani didukung oleh empat faktor yaitu (1) kekuatan otot (muscular strength), (2) daya tahan otot (muscular endurance), (3) daya tahan jantung, (4) peredaran darah dan pernapasan (cardio vascular) (Sardjono,1992:110). Salah satu unsur tersebut yang berkaitan langsung dengan tarian anak adalah otot. Peningkatan kontraksi otot dapat meningkatkan derajat kebugaran. Ada beberapa sistem penggunaan energi otot guna meningkatkan kebugaran yaitu (1) proses glikolisis, (2) proses glikolisis anaerobik, (3) proses oksidasi (Sridadi, 1994: 108 – 113). Dengan usaha pembelajaran ini diharapkan para anak memiliki sikap positif terhadap kegiatan olahraga dan mau melaksanakan olahraga sehingga kegiatan itu menjadi kebutuhan vital bagi mereka dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (Rachman, 1994: 95). Selain itu diharapkan anak juga memiliki sikap positif terhadap sastra seni, dan budaya. B. Tari Jaranan 1. Sekilas tentang tari Jaranan Sebagian orang menyebut tari Jaranan dengan tari Kuda Lumping. Kuda Lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Konon, tari Kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda. Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti Kediri, Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada event-event tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi tari Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta. Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional Kuda Lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka. Dalam setiap pagelarannya, tari Kuda Lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya. Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih. Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe. Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari Kuda Lumping. 2. Tari Jaranan Anak Tari Jaranan mengandung pendidikan budi pekerti: (1) Kebersamaan. (2) Menghormati kepada seseorang yang lebih tinggi (kedudukan, umur, keturunan, dan sebagainya). (3) Menghormati sebutan seseorang (sesuai dengan kedudukannya). (4) Setia. (5) Siap melaksanakan tugas. 3. Peningkatan Kebugaran Rerata perhitungan sebelum pelatihan tari dan sesudah pelatihan tari menunjukkan adanya peningkatan derajat kebugaran anak. Kenaikan rerata tersebut menunjukkan bahwa proses pelatihan tari anak meningkat derajat kebugaran. Hal ini menunjukkan bahwa tari dan olahraga memiliki keterkaitan dalam hal olah otot dan gerak tubuh. Seperti yang dinyatakan oleh Murgiyanto (1993: 1) bahwa tari merupakan gerakan tubuh. Tari juga merupakan olah fisik (Sedyawati dalam Depdikbud, 1981: 168) yang menggunakan anggota tubuh seperti jari-jari, pergelangan tangan, kaki, tangan, kepala, mata, tubuh, leher. Semua itu diolah pada kegiatan tari Jaranan. Walaupun tari ini dipandnag cukup sederhana namun hampir semua anggota tubuh berperan dalam peningkatan pelatihan otot tubuh. Gerakan-gerakan tari Jaranan mendukung empat aspek kebugaran jasmani, yaitu kekuatan daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, komposisi tubuh dan kelentukan (Pollock dalam Irianto, 1997: 116). Namun perlu ditambahkan, walaupun menari lagu dolanan anak memberikan kontribusi terhadap kebugaran anak, tetapi kontribusi signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: kegiatan menari baru memenuhi unsure kelenturan, daya tahan otot, dan daya tahan kardiorespirasi, sedangkan unsur lain belum tampak secara maksimal. Unsur lain itu adalah kekuatan otot, kecepatan, dan darah eksplosif. Kelenturan berhubungan dengan keluasan gerak persendian. Kelenturan dipengaruhi oleh faktor: (a) Bentuk, tipe, struktur sendi, ligamen dan tendo. (b) Otot sekitar persendian. Untuk (a) dan (b) tersebut tarian Jaranan sangat cocok untuk meningkatkan kelenturan otot. (c) Umur dan jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kelenturan otot tubuh pada saat pelatihan tari. (d) Temperatur tubuh dan otot, pada suhu 40 derajat celcius, kelenturan meningkat 20% sedangkan pada suhu 18 derajat celcius menurun 10% - 20%. Penelitian ini tidak sampai tahan pengecekan suhu tubuh dan otot. (e) Kekuatan otot (f) Kelelahan dan emosi Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan paru jantung untuk mengambil dan mengankut oksigen untuk kerj otot dalam waktu lama. Daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban dalam satu usaha (Irianto, 1997: 116). Dalam tari pemacuan kardiorespirasi dan daya tahan otot memang kurang maksimal seperti yang dipersyaratkan dalam kebugaran. Namun demikian peran tari tetap tampak peningkatan kebugaran (kelenturan, kardiorespirasi, dan daya tahan otot) walaupun tidak semaksimal seperti anak kalau berolahraga. Wajar apabila Tari Jaranan memberikan kontribusi kebugaran. Oleh karena itu, otot-otot anak akan lebih lentur bila menari Jaranan. Gerak tari yang dilatihkan pada anak adalah gerak tariyang diciptakan sendiri oleh penulis berdasarkan konsep gerak dan kebutuhan koordinasi gerak pada anak usia dini. Koordinasi gerakan mengandung unsur-unsur untuk peningkatan kerja otot demi kebugaran. Latihan irama lagu iringan. Setelah satu motif gerakan disampaikan diulang-ulang sampai hafal, agar dapat segera melakukan dengan ritmis dan serempak, disertakan musik sebagai pengiring. Dengan demikian gerak otot tercapai, tari terlatihkan, apresiasi lagu yang mengandung pendidikan budi pekerti dapat ditingkatkan. Disini merupakan salah satu pemberian tindakan secara simultan (baca: transdisipliner. 4. Metode Demonstrasi Tari Jaranan, motif gerak diajarkan secara progresif. Pada mulanya motif gerak diajarkan dan dijelaskan tanpa iringan. Setahap demi setahap, dan setelah anak dipandang hafal, motif diajarkan dengan iringan agar anak lebih bersemangat dan tarian lebih hidup. Demikian demonstrasi Tari Jaranan, bertahap dan berulang sehingga anak dapat menari Jaranan secara utuh. Durasi tarian hanya 6 menit. Pemilihan materi gerak berdasarkan gerak keseharian wantah) yang pernah dilihat atau dilakukan oleh anak. Gerakan ini dirangakai dengan menstirilisasi dan mendestrosi gerak hasil eksplorasi lingkungan. Selain itu musik dolanan sebagai pengiring, juga dipilih yang sudah akrab di telinga anak-anak. Dengan demikian anak segera aktif untuk menggerakan anggota tubuh sesuai contoh dan selalu berusaha untuk mengikuti irama lagu. Setiap melakukan gerakan dengan iringan anak-anak turut mendendangkan lagu dolanan. Ekspresi kegembiraan muncul, ekspresi kelucuan timbul, namun mereka tetap semangat, sungguh-sungguh dalam berlatih. Serius dalam situasi yang penuh dengan suasana gembira. Keluwesan anak dalam melakukan gerak akan timbul dengan sendirinya karena mereka dapat menyesuaikan antara gerak kaki, tangan, dan kepala yang terkoordinasi dengan irama lagu pengiring. Tari yang diberikan pada latihan ini tidak semata-mata pada bentuk estetisnya saja, melainkan ada unsur bermain yang mengandung motif gerak yang dapat merangsang kerja anggota tubuh untuk meningkatkan kebugaran. Gerakan tari Jaranan bertujuan untuk melatih koordinasi tubuh dan melatih pernafasan. Selain itu tersirat usaha untuk memberikan pengalaman berfikir imajinatif serta kreatif pada anak, meningkatkan rasa rekreasi yang menyenangkan, melestarikan budaya dan seni, dan mengembangkan bakat anak. Dengan diberikan latihan-latihan yang bermotif gerak berlari, berjalan, meloncat, dalam suasana senang tidak terpaksa dapat meningkatkan tingkat tubuh anak usia dini. 5. Anak-anak mudah dilatih tari Hal tersebut tampak dari kecepatan anak dalam menguasai gerak. Anak-anak cepat dapat menguasai gerak Tari Jaranan. Tari dan lagu yang diplih memang yang sederhana, disesuaikan dengan perkembangan anak, lucu, yang menyenangkan sehingga anak lebih mudah menguasai. Sederhana artinya gerak motif tari tidak sulit, sesuai dengan gerak anak sehari-hari tetap disentuh dengan unsur estetis tari. Sesuai dengan perkembangan anak, karena masa anak adalah masa bermain, tari yang dilatihkan juga bernuansa bermain. Sifat lucu ini menyenangkan bagi anak. Belajar dalam situasi senang, memudahkan anak lebih cepat menguasai tarian. Inilah syair lagu dolanan yang berjudul Jaranan : Jaranan, jaranan, jarane jaran teji Sing numpak doro bei sing ngiring para mentri Jrek-jrek nong, jrek-jrek nong Jrek-jrek gedebuk krincing Gedebuk jedher Gedebuk krincing Gedebuk jedher Jrek-jrek gedebuk jedher ‘berkuda, berkuda, kudanya teji (tinggi besar) yang naik Tuan Bei yang mengiring para mentri Jrek-jrek nong, jrek-jrek nong Jrek-jerk gedebuk krincing Gedebuk jedher Gedebuk krincing Gedebuk jedher Jrek-jrek gedebuk jedher’ Lagu tersebut sangat sederhana sesungguhnya, syairnya hanya 4 baris. Baris berikutnya hanya diulanh-ulang saja. Tari jaranan mengandung pendidikan budi Pekerti: (1) Kebersamaan Kebersamaan ini ditunjukkan (a) kebersaman antara yang kedudukannya dengan yang rendah (bawahannya). Kebersamaan saling membutuhkan bahu membahu, yang tinggi membutu8hkan yang rendah untuk pengawalan dalam arti keselamatan (sing numpak Dara Bei sing Ngiring para Mentri). Kedudukan tinggi diibartkan pada Dara Bei, kedudukan yang lebih rendah diibarkan para mentri. (b)Kebersamaan juga ditujukkan pada komposisi tarian. Tarian jaranan ini adalah tari massal. Tari massal memerlukan kekompakan semua penari. Dengan gerak yang kompak, tampak keidahan. Sebaliknya gerak yang tidak kompak memudarkan nilai –nilai estetika. Oleh karena itu, antara penari (anak) yang satu dengan yang lain harus senantiasa menghormati aturan dan progresi gerakan, tidak boleh menari menurut progresi individu, tetapi harus menyesuaikan dengan gerakan teman, iringan dan urutan. (2) Menghormati kepada seseorang yang lebih tinggi Orang yang lebih tinggi di sini mengacu pada kedudukan dan keturunan. Selain falsafah Jawa juga mengharuskan menghormati orang yang lebih tua umurnya. Akan tetapi, masalah umur tidak tampak pada Dara Bei. Yang tampak pada sebutan Dara Bei adalah kedudukan yang tinggi dan keturunan ningrat. Kedudukan yang tinggi ditunjukkan oleh lirik sing numpak Dara Bei sing Ngiring para Mentri. Ini berarti para pemilik kedudukan yang lebih rendah dan juga kemampuan. Sebutan non-akademis misalnya gelar-gelar dari keratin seperti di atas, juga KRT (kajeng Raden Tumenggung) menunjukkan keturunan atau seseorang yang berjasa kepada keraton kemudian diberikan kehormatan ‘serat kekancing’ sebutan akademis seperti Prof., Dr., ir., Drs., M.M, dsb, menunjukkan kompetensi seseorang. Kita harus menghormati sesuai dengan kompetensi mereka. Demikian pula bagi dara Bei yang dihormati para mantrinya, dengan senatiasa dikawal demi keselamatan. Pengiring artinya mengikuti dari belakang. Menurut filsafat jawa orang yang diiring atau di depan menunjukkan kelebihan, misalnya kedudukan lebih tinggi, keturunan lebih tinggi, seperti Dara Bei. Pendek kata anak-naka harus diajarkan sikap menghormati kepada orang lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Kedudukan dalam arti pangkat, umur, kompetensi keilmuan, dan sebagainya. (3) Setia dan siap melaksanakan Kesetian ditunjukakan pada lirik sing numpak Dara Bei sing ngiring para mentri. Sebagai bawahan para mentri senantiasa setia kepada atasan yaitu Dara Bei. Para mentri yang menjaga keselamatan atasan dan siap nmelaksanakan serta menyelesaikan tugas. Itulah sikap tanggung jawab bawahan kepada atasan. 6. Uraian gerakan tari Jaranan Lari-lari kecil dengan membuat lingkaran dan berbaris. Tangan kiri di pinggang, tangan kanan di tekuk ke atas siku seolah memegang pecut ke atas dan digerak-gerakkan sesuai dengan putaran arah jarum jam. Loncat kaki kiri, angkat kaki kanan, sambil ditendangkan ke sudut kanan, muka menoleh ke sudut kanan depan. Loncat kaki kanan, angkat kaki kiri, sambil ditendangkan ke sudut kanan, muka menoleh ke sudut kanan depan. Gerakan diulang-ulang, bergantian kanan dan kiri. Diam sesaat, kaki siap kuda-kuda kanan, kaki kanan di depan kaki kiri (trap kanan), kedua tangan nekuk ke depan dada seperti memegang tali kendali kuda. Angkat kaki kanan, seleh kanan, bahu kanan digerakkan ke depan (ogek dada ke depan), bahu kiri digerakkan ke depan ogek dada ke depan, noleh ke kiri. Posisi kedua tangan memegang tali kendali di depan dada. Dilakukan bergantian kanan, kiri, dengan menggerakkan badan naik turun (encot/entrakan). Posisi tangan memegang tali kendali kuda. Kaki kanan melangkah, diikuti kaki kiri melangkah posisi seleh di belakang kaki kanan. Melangkah kaki kanan, seleh, melangkah kaki kiri seleh (proses jalan biasa), dilakukan dengan langkah lambat. Melangkah kaki kanan, seleh, melangkah kaki kiri seleh (proses jalan biasa), dilakukan dengan langkah cepat. Melangkah ke kanan dengan kedua kaki jinjit (bergeser dengan langkah pendek: tercet-mipii). Melangkah ke kiri dengan kaki jinjit dengan tercet-mipil. Dilakukan berulang bergantian ke kanan – kiri. Kedua tangan di pinggang (malangkerik), loncat kaki kanan ke samping kanan, kaki kiri menendang ke kiri (1 hitungan 1 gerak tendangan), muka ke sudut kiri depan. Loncat kaki kiri ke samping kiri, kaki kanan menendang ke kanan (1 hitungan 1 tendangan), muka ke sudut kanan depan. Dilakukan berulang kanan – kiri. Kedua tangan memegang tali kendali, siku digerakkan naik-turun, kaki melangkah kanan sambil berputar (membuat lingkaran kecil). Loncat kaki kanan ke depan, kaki kiri diangkat tekuk belakang (posisi lutut ke depan, tungkai ke belakang). Loncat kaki kiri ke depan, kaki kanan diangkat tekuk ke belakang (posisi lutut ke depan), tungkai ke belakang. Kedua tangan di pinggang. Dilakukan bergantian kanan, kiri, dengan arah loncatan ke depan membuat lingkaran besar. Posisi tangan memegang tali kendali kuda, kaki kiri melangkah ke samping kanan (silang ke kanan), kaki kanan melangkah ke kanan (kicat ke kanan). Posisi tangan memegang tali kendali kuda, kaki kanan melangkah ke samping kiri (silang ke kiri), kaki kiri melangkah ke kiri (kicat ke kiri). Dilakukan bergantian. Loncatan kaki kanan ke depan, kaki kiri diangkat tekuk belakang (posisi lutut ke depan, tungaki ke belakang), posisi tangan kiri di pinggang, tangan kanan ke atas memegang tali kendali sambil digerakkan berputar ke kanan dengan tekanan. Loncatan kaki kiri ke depan, kaki kanan diangkat tekuk belakang (posisi lutut ke depan, tungaki ke belakang), posisi tangan kiri di pinggang, tangan kanan ke atas memegang tali kendali sambil digerakkan berputar ke kanan dengan tekanan. Dilakukan berulang sambil transisi membuat lingkaran dan akhirnya keluar arena. Selesai. BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kebugaran anak usia dini dapat ditingkatkan dengan kegiatan tari . Hal ini disebabkan tari lagu dolanan memiliki karekteristik gerak berirama atau ritmis yang terkait dengan prinsip-prinsip olahraga. Menari dolanan Jaranan mengandung unsur kelenturan otot, daya tahan otot, dan daya tahan kardiorespirasi. Sedangkan unsur lain seperti kekuatan otot, kecepatan, daya eksplosif belum dapat dikembangkan dalam tari tersebut. 2. Tari Jaranan, motif gerak diajarkan secara progresif. Pada mulanya motif gerak diajarkan dan dijelaskan tanpa iringan. Setahap demi setahap, dan setelah anak dipandang hafal, motif diajarkan dengan iringan agar anak lebih bersemangat dan tarian lebih hidup. Demosntrasi Tari Jaranan, bertahap dan berulang sehingga anak dapat menari Jaranan secara utuh. Dengan demikian anak segera aktif untuk menggerakan anggota tubuh sesuai contoh dan selalu berusaha untuk mengikuti irama lagu. Setiap melakukan gerakan dengan iringan anak-anak turut mendendangkan lagu dolanan. Ekspresi kegembiraan muncul, ekspresi kelucuan timbul, namun mereka tetap semangat, sungguh-sungguh dalam berlatih. B. Saran 1. Untuk guru, ternyata tari dapat meningkatkan kebugaran anak. Pembelajaran tari dapat dikembangkan untuk pembelajaran dongeng. Pengembangan kemampuan berbahasa yang berupa dongeng dapat dibuat tarian. Hal ini akan lebih menyenangkan anak. Pembelajaran lebih variatif. Dengan demikian apresiasi, sosialisasi, dan internalisasi pendidikan budi pekerti lebih dapat diintensifkan. 2. Bagi guru diharap dapat menciptakan tari-tari yang dapat dikolaborasi dengan pengembangan kemampuan berbahasa, yaitu ciptaan tari yang mengandung unsure pendidikan budi pekerti. Tarian dapat dikembangkan ke arah tari yang mengandung unsur cerita singkat, misalnya dongeng. 3. Guru dapat melakukan pembinaan kebugaran dengan olahraga yang dikaitkan dengan tarian, karena pada prinsipnya menari juga mengandung unsur olahraga. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 1995. Permainan Tradisional Jawa Untuk Muatan Lokal.Yogyakarta: Jurnal Kependidikan No 2 Th. XXV. Arintoko, B. 1975. Dolanan Djawi Sinawung Gendhing.Djakarta: Noordhoff-Kolf N.V. Atmodarsono, F. 1956. Mardawa Swara: Teori dan Praktek Seni Suara Djawa. Semarang, Yayasan Kanisius. Darusuprapto. 1990. Ajaran Moral dalam Susastra Suluk. Jakarta:Depdikbud. __________. 1981. Pendidikan Kesenian Seni Tari untuk SPG. Jakarta:Depdikbud. Humardani, Gendon.1991. Penikmat dan Kritiknya. Surakarta; Akademi seni Karawitan Indonesia. Kirkendall,DR. Gruber,Jonhson.1980. Measurement and Evolution for Physical Educators. Iowa:WM.C Bromn Company Publisher. Kussudiarja, Bagong. 1992. Tari Klasik hingga Kontemporer. Yogyakarta. Padepokan Press. Murdyanto,Danan. 1996. Lagu Dolanan Sya Ilang pamore. Yogyakarta. Djaka Lodang.17 Agustus. Murgiyanto, sal.1993. Ketika Cahaya Merah Memudar (Sebuah Krituk Tari}.Jakarta: Devita . Ganan. Naiman. 1995. Fitnes fro children. Canada: I Iuman Kinetics. Pradopo, Rahmat Djoko. 1988.” Tembang Dolanan Perlu Disimak” dalam Djaka Lodang No.890.Yogyakarta. Rahmanta .B.1988.Metode Pengajaran Sastra.Yogyakarta: Penerbit Kanisius Rodle.Janet T.E. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk para Analisis.Yogyakarta:Yayasan Essentia Medica. Sridadi. 1994.” Sistem Energi dalam Aktivitas Otot” dalam Cakrawala Pendidikan No. 1 Th. 1994 hlm.105-116 Yogyakarta: IKIP Suwardi, Suwarna, Mulyana. 1996. Pendidikan Budi Pekerti dalam lagu Dolanan Anak. Laporan Penelitian. Yogaykarta: Lemlit, IKIP Agung Tak Canggung Tarikan Jaranan Tribun Jateng - Rabu, 18 April 2012 12:02 WIB http://dunialain-laindunia.blogspot.com/2009/04/tari-kuda-lumping.html Diunduh Senin, 23 April 2012, 02:22