Rabu, 31 Agustus 2011

PROPOSAL TESIS

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK A TK YANG MEMILIKI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR YANG BERBEDA

PROPOSAL TESIS


Oleh :
RINI NURHAYATI
090020279


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
2011



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manejemen berbasis sekolah dan pembaruan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Usia anak Taman Kanak-kanak sering disebut dengan usia emas (golden age) oleh karena itu proses pembelajaran pada anak usia ini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi si anak melalui pengalaman nyata (Nurani, 2003:1). Melalui pengalaman nyata itu akan memungkinkan anak untuk melanjutkan aktifitas dan rasa ingin tahu (curiosity) secara optimal dan menempatkan posisi guru sebagai pendamping, pembimbing, serta fasilittor bagi anak. Proses pendidikan seperti ini dapat menghindari bentuk
pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan guru menjadi dominan.
Anak yang dimaksud adalah kelompok anak berusia 4 – 6 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis. Pada hakikatnya anak adalah seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan tertentu dan kebutuhan yang berbeda dengan orang dewasa. Sedangkan ahli psikologi menganggap bahwa anak sebagai manusia kecil yang memiliki potensi, tingkah laku dan karakteristik tertentu dank has yang tidak sama dengan orang dewasa dan harus dikembangkan sehingga ia nanti akan berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat dimana ia berada.
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, program pendidikan harus mampu memberikan bekal kepada peserta didik untuk memiliki daya saing yang tinggi dan tangguh. Daya saing yang tangguh dapat terwujud jika peserta didik memiliki kreativitas, kemandirian, kemampuan dasar dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat.
Pembelajaran persiapan dasar berhitung di Taman Kanak-Kanak diberikan secara integrasi pada program pengembangan kemampuan dasar sesuai dengan SE Direkur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional nomor: 6205/C/DS/1999 tanggal 27 Juli 1999, ketrampilan membaca, menulis, berhitung bukan merupakan tujuan utama dan dilakukan dengan bermain. Bagaimana cara terbaik untuk melakukan hal itu? Guru harus mampu menandai anak telah siap untuk menerima pengajaran dan kemampuan yang lebih tinggi dan mampu memberikan bimbingan yang bersifat individual atau kelompok kecil. Karena tidak semua anak di kelas tersebut mampu menerima kegiatan pembelajaran yang lebih tinggi. Artinya melatih ketrampilan berhitung tidak diberikan secara klasikal, karena tidak semua anak mengalami tingkat perkembangan kognitif yang sama. Bila hal ini dilakukan berarti melakukan pemaksaan kepada anak yang pada gilirannya akan merugikan anak selanjutnya.
Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun sebelum memasuki pendidikan dasar (Undang-undang No. 20 tahun 2003). Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain itu berdasarkan penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk Taman Kanak-Kanak mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk Taman Kanak-Kanak di kelas I Sekolah Dasar.
Usia 4 – 6 tahun merupakan masa peka bagi anak, anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi fisik dan pskis yang siap merespon stimulasi yang diberikan lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, kedisiplinan, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Istilah pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki makna yang berbeda. Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti sel tubuh bertambah banyak, sel tumbuh dalam ukuran. Perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya (Padmonodewo, Soemiarti, 2000:20).
Program pembelajaran dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal memadukan aspek-aspek perkembangan anak didik secara utuh, yang mencakup bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar (Depdiknas, 2006:4). Bidang pengembagan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menenrus yang ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Sedangkan bidang kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang pengembangan kemampuan dasar tersebut meliputi aspek perkembangan berbahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.
Dalam mengembangkan diri anak didik di Taman Kanak-Kanak tersebut memerlukan dukungan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana seperti alat peraga/ alat permainan, perabot kelas, ruang kegiatan/ bermain, program-program pengembangan yang memadai, serta suasana pendidikan yang menunjang. Idealnya berbagai fasilitas, sarana dan prasarana perlu tersedia secara lengkap di Taman Kanak-kanak, agar penyelenggraan pelayanan pendidikan bagi anak didik di Taman Kanak-kanak yang bersangkutan dapat benar-benar berjalan dengan baik. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik dapat tercapai secara baik dan benar.
Pergeseran tanggungjawab pengembangan kemampuan skolastik (akademik) dari sekolah dasar ke taman kanak-kanak terjadi di mana-mana baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak sekolah dasar seringkali mengajukan persyaratan atau mengadakan tes dengan menggunakan konsep akademik, terutama tes berhitung. Lembaga pendidikan dasar seperti itu sering dianggap sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dan bonafid.
Gejala-gejala atau praktek pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba-lomba mengajarkan kemampuan akademik dengan mengadopsi pola-pola pembelajaran di sekolah dasar. Akibatnya tidak jarang pendidikan Taman Kanak-Kanak tidak lagi menjadi taman yang paling indah, tempat bermain dan berkawan banyak, tetapi beralih fungsi menjadi "sekolah TK" dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada penargetan kemampuan akademik, proses belajar mengajar mengadopsi sekolah dasar dan bentuk penugasan pekerjaan rumah pada anak. Kondisi ini justru diperparah desakan orang tua agar bisa memasukkan anaknya ke sekolah dasar bonafid atau favorit.
Sejalan dengan hal ini, maka faktor guru dalam proses pembelajaran sangatlah menentukan. Dalam hal pemilihan metode mengajar misalnya, guru harus mempertimbangkan karakteristik anak Taman Kanak-Kanak. Anak Taman Kanak-Kanak memiliki dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan alam sosialnya lebih baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar (Hieldebrand, dalam Moeslichatoen, 1999 : 11). Rasa ingin tahu anak juga mendorongnya untuk menemukan sendiri jawaban yang berkaitan dengan upaya memahami manusia yang berada di lingkungannya, yaitu tentang bagaimana cara bergaul dengan teman, memahami perasaan teman, dan sebagainya.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh guru adalah mengenai alat peraga bermain / media sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi anak dalam kreativitas dan kemandirian belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Yuliani Nurani (2003:16) yang menyatakan bahwa dalam setiap kegiatan bermain sambil belajar atau kegiatan stimulasi pada anak perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi dan dilihat kemanfaatannya (efektifitas dan efisiensi), antara lain pemanfaatan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh guru.
Proses belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu, salah satu upaya untuk meningkatkan perubahan tingkah laku tersebut adalah dengan kemandirian belajar. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. (Mudjiman, 2008:7)
Berdasarkan pengamatan di dalam kelas, khususnya kelas/ kelompok A TK Negeri Pembina Kabupaten Kediri, pada awal semester I tahun pelajaran 2010-2011, kurang berminat di area Matematika disebabkan kurangnya media, sehingga anak merasa bosan dan alternatif pilihan di area yang menyiapkan banyak media misalnya area seni, area IPA, area bak pasir, area bak air. Sehingga berdasarkan pengamatan melalui evaluasi SKH, aspek pengembangan kognitif anak tidak bisa berkembang secara optimal.
Orang tua berharap anaknya dimasukkan ke Taman Kanak-Kanak tuntutannya agar cepat bisa mandiri, terutama dalam kemandirian belajar untuk persiapan masuk ke sekolah dasar, dan bisa berhitung dengan cepat. Dari alasan tersebut di atas peneliti mencoba menggunakan media yang bisa memberikan pengaruh perkembangan kemampuan kognitif anak yang memiliki kemandirian belajar yang berbeda. Media yang digunakan adalah media kartu angka dan puzzle angka. Usaha tersebut sejalan dengan dengan penerapan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang diterapkan di TK Negeri Pembina Kabupaten Kediri.
Media permainan kartu angka dan puzzle angka adalah merupakan media yang diduga efektif digunakan guru dalam pengembangan kemampuan kognitif untuk mengenalkan angka dan berhitung. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti (Depdiknas, 2006:5). Menurut Hildayani (2006:9,9) setelah masa bayi dan balita, anak memasuki masa awal kanak-kanak (early childhood). Anak-anak ini berada pada rentang 3 – 6 tahun. Pada masa ini intelektual anak berekmbang amat pesat. Pendapat lain menyatakan perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan (Padmonodewo, S, 200:27).
Penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak untuk mengembangkan kemampuan kognitif diduga akan dipengaruhi oleh perbedaan kematangn (usia) anak. Seringkali faktor kemandirian atau keberanian anak untuk tertarik atau tidak melakukan kegiatan-kegiatan belajar dan bermain yang disediakan guru, dioengaruhi oleh usia anak. Menurut Yuliani Nurani mengatakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah kematangan (Nurani, 2006:1.24). Tiap organ fisik/ pkikis dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kesanggupan tersebut erat kaitannya dengan usia kronologis (usia kalender).
Permasalahan pokok yang akan diteliti adalah penggunaan media dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak tersebut akan dikontrol dengan tingkat kemandirian belajar anak yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak yang diajar menggunakan media permainan kartu angka dan yang diajar menggunakan media permainan puzzle angka?
2. Adakah perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak antara kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah?
3. Adakah interaksi antara penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dengan tingkat kemandirian belajar dalam kaitannya terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak?

C. Hipotesis
Rumusan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Ada perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak yang diajar menggunakan media permainan kartu angka dan yang diajar menggunakan media permainan puzzle angka.
2. Ada perbedaan perkembangan kemampuan kognitif anak antara kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.
3. Ada interaksi antara penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dengan tingkat kemandirian belajar dalam kaitannya terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak.


D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi variable-veriabel sebagai berikut:
a. Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dimanipulasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel tergantung/ terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan media permainan kartu angka dan puzzle angka.
b. Variabel terikat adalah variabel respon atau output, yaitu variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah perkembangan kemampuan kognitif.
c. Variabel moderator adalah variabel antar, yang diduga turut berpengaruh terhadap output. Variabel moderator adalah kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.

2. Definisi Operasional Variabel
Agar pengertian masing-masing variabel definitif dan tidak bias, perlu didefinisikan secara jelas.
a. Media permainan kartu angka dan puzzle angka
adalah penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK).

b. Perkembangan Kemampuan Kognitif
adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir, menemukan alternatif pemecahan masalah, logika matematika, kemampuan untuk memilih-milih, mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti.

c. Kemandirian belajar
Kemandirian dapat tumbuh jika anak diarahkan untuk melakukan tugas dan kegiatannya. Pada kegiatan belajar, guru hendaknya member pengarahan dan penjelasan seperlunya sehingga anak mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, mampu bertanggungjawab, berani menghadapi masalah serta tidak terpengaruh atau tergantung pada orang lain.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Membuktikan ada tidaknya perbedaan penggunakan media permainan kartu angka dan puzzle angka terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak.
2. Membuktikan ada tidaknya perbedaan kemampuan kognitif anak antara yang memiliki kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.
3. Membuktikan ada tidaknya interaksi antara penggunaan media permainan kartu angka dan puzzle angka dengan tingkat kemandirian belajar terhadap perkembangan kemampuan kognitif anak.