Rabu, 11 Mei 2011

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KREATIVITAS ANAK USIA TK

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
                   Usia anak TK sering disebut dengan usia emas (golden age) oleh karena itu proses pembelajaran pada anak usia ini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi si anak melalui pengalaman nyata ( Yuliani, Nurani, S., 2003:1). Melalui pengalaman nyata itu akan memungkinkan anak untuk melanjutkan aktifitas dan rasa ingin tahu (curiosity) secara optimal dan menempatkan posisi guru sebagai pendamping, pembimbing, serta fasilittor bagi anak. Proses pendidikan seperti ini dapat menghindari bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan guru menjadi dominan.
                   Anak yang dimaksud adalah kelompok anak berusia 4 – 6 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis. Pada hakikatnya anak adalah seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan tertentu dan kebutuhan yang berbeda dengan orang dewasa. Sedangkan ahli psikologi menganggap bahwa anak sebagai manusia kecil yang memiliki potensi, tingkah laku dan karakteristik tertentu dank has yang tidak sama dengan orang dewasa dan harus dikembangkan sehingga ia nanti akan berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat dimana ia berada.
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, program pendidikan harus mampu memberikan bekal kepada peserta didik untuk memiliki daya saing yang tinggi dan tangguh. Daya saing yang tangguh dapat terwujud jika peserta didik memiliki kreativitas, kemandirian, kemampuan dasar dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat.
Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun sebelum memasuki pendidikan dasar (Undang-undang No. 20 tahun 2003). Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain itu berdasarkan penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK di kelas I SD.
Usia 4 – 6 tahun merupakan masa peka bagi anak, anak mulai sensitive untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi fisik dan pskis yang siap merespon stimulasi yang diberikan lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, kedisiplinan, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Program pembelajaran dalam kurikulum TK/RA memadukan aspek-aspek perkembangan anak didik secara utuh, yang mencakup bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar (Depdinas, 2006:4). Bidang pengembagan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menenrus yang ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Sedangkan bidang kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang pengembangan kemampuan dasar tersebut meliputi aspek perkembangan berbahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana menumbuhkan kemandirian belajar pada anak usia dini/TK?
2.      Bagaimana mengembangkan kreativitas pada anak usia dini/TK?
3.      Bagaimana membina kepribadian anak usia dini/TK?

C.      Tujuan
1.      Mendiskripsikan cara menumbuhkan kemandirian belajar anak usia dini/TK.
2.      Mendiskripsikan cara mengembangkan kreativitas pada anak usia dini/TK.

D.      Definisi Operasional
1.    Kemandirian
Kemandirian dapat tumbuh jika anak diarahkan untuk melakukan tugas dan kegiatannya. Pada kegiatan belajar, guru hendaknya memberi pengarahan dan penjelasan seperlunya sehingga anak mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, mampu bertanggungjawab, berani menghadapi masalah serta tidak terpengaruh atau tergantung pada orang lain.
2.    Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Menumbuhkan Kemandirian Belajar Anak
                   Belajar yang didasarkan pada kemampuan keras, gigih dalam berusaha dan melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain akan mendorong tercapainya perkembangan kemampuan kognitif dengan baik, siswa yang menunjukkan usaha yang kuat selalu dapat menyelesaikan setiap perbuatan yang dihadapinya dengan tuntas dan cenderung untuk selalu berhasil dengan baik dalam menyelesaikan tugasnya.
                   Dengan kemandirian belajar, perkembangan kemampuan kognitif akan meningkat, prestasi belajar akan meningkat. Dengan kemandirian belajar yang kuat anak mampu bertanggungjawab, berani menghadapi masalah, dengan bertanggungjawab diharapkan perkembangan kemampuan kognitif dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Jika guru dalam menyampaikan materi pengajaran memberikan kebebasan untuk belajar dengan fasilitas yang diperlukan siswa dan siswa sudah berani untuk mengerjakan sendiri tanpa harus ditunggui orang tua / pengantar, maka diharapkan dapat meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif anak.
                   Menurut Sadiman (1980:105) mengemukakan ciri-ciri kemandirian antara lain sebagai berikut :
a.       Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku, dan bertindak atas kehendak sendiri untuk menyelesaikan masalah secara bebas serta tidak tergantung pada orang lain.
b.      Mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan.
c.       Berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan harapannya.
d.      Mampu berfikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru.
e.       Mempunyai kecenderungan untuk meraih sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.
f.       Dalam menghadapi masalah mencoba menyelesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain.
g.      Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus diselesaikan tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain.

Indikator kemandirian belajar antara lain :
a.       Tidak tergantung kepada orang lain.
b.      Ada dorongan untuk maju.
c.       Kesadaran diri untuk berbuat sesuatu.
d.      Menyadari kewajiban diri.
e.       Memiliki kepercayaan diri.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar anak antara laian :
a.       Ketersediaan sumber informasi
Misal : televisi, video, majalah, dll.
b.      Ketersediaan pembantu belajar
Misal : keluarga, kawan atau guru.
Ketersediaan pembantu belajar dibutuhkan sebagai tenpat bertanya atau tempat mengomunikasikan pikiran baru, temuan baru, atau kompetensi baru.
c.       Ketersediaan lingkungan yang kondusif
Utamanya lingkungan di rumah dan di sekolah, sebagai tempat untuk menumbuhkan kemandirian belajar.

Pengertian belajar mandiri yang lebih terinci sebagai berikut:
1.      Setiap anak berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya.
2.      Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran.
3.      Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain.
4.      Dengan belajar mandiri, anak dapat mentransfer hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain.
5.      Anak yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti: bermain sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan, bersosialisasi sensiri dengan teman tanpa ditunggui orang tua.
6.      Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti dialog dengan anak, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-gagasan kreatif.

B.  Mengembangkan Kreativitas Anak
                   Menghadapi anak berbakat dan kreatif, orang tua atau guru harus mencari cara perlakuan khusus. Meskipun tidak berlaku umum, konsep kreatifitas berhubungan dengan sifat bawaan yang disertai dengan kecerdasan dan keunggulan. Sesuatu dapat dikatakan hasil kreatifitas jika merupakan pembaharuan dan memiliki fungsi yang memasyarakat. Biasanya kreatifitas lahir dari tuntutan untuk memenuhi kebutuhan utama manusia. Banyak orang yang belum menyadari pentingnya pengembangan kreatifitas pada anak. Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa kreatifitas semata-mata berhubungan bakat artistik.
                   Kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang beragam, diikuti dengan logika serta pengertian-pengertian yang bersifat intuitif dalam menciptakan sesuatu keadaan atau benda-benda. Kita bisa melihat dengan jelas bila anak itu bermain ia menciptakan khayalannya dan spontanitasnya. Kreatifitas merupakan ekspresi tertinggi dari keberbakatan yang bersifat terintegrasi yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia. Konsep tersebut mencakup kondisi berfikir rasional yang sifatnya terukurkan dan dapat dikembangkan melalui berbagai latihan secara sadar dan dirancang. Penginderaan adalah kondisi tulen dalam menciptakan produk baru dan menurut pengembangan baik mental ataupun fisik atau ketrampilan tinggi dalam bidang tertentu. Rasa adalah kondisi emosional yang dilepaskan dari penciptaanya untuk diteruskan kepada konsumen dan menghasilkan respon emosional. Kondisi intuisi adalah kesadaran tertinggi yang secara paradoksal digali dari alam sadar dan bukan rasio sadar serta dikembangkan untuk mencapai pencerahan.
                        Kreatifitas itu merupakan suatu proses yang mengikutkan segala pola berpikir rasional yang menjadi alam sadar dan segala yang nersifat intuisi bebas mengembangkan ide. Manusia itu bebas dalam arti mempunyai daya untuk memilih dari sekian banyak kemungkinan mengharap atau menuntut kebebasan untuk berpikir dan bertindak dalam arti mempunyai daya yang datang dari luar dirinya itu benar-benar urang kreatif. Untuk mengembangkan kreatifitas, pikiran tidak hanya perlu mendapatkan latihan saja, tetapi juga harus diisi dengan bahan-bahan yang dapat menjadi bahan untuk mancetuskan sebuah ide. Bahan yang terbaik untuk pencetus ide adalah pengalaman-pengalaman yang dialami sendiri merupakan bahan bakar yang terkaya, karena pengalaman ini cenderung selalu kita ingat dan akan muncul setiap diperlukan.
                   Diantara masalah terpenting yang harus diperhatikan dan ditangani secara baik oleh para pendidik adalah mengetahui bakat dan pekerjaan yang sesuai dengan anak yang kelak menjadi cita-cita hidupnya. Bakat yang ada pada dasarnya merupakan modal emas untuk meraih prestasi besar karena adanya berbagai faktor bisa menjadi sia-sia. Faktor Distraktor itu dapat dikategorikan kepada faktor internal dan eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari anak itu sendiri, hal ini terjadi karena adanya frustasi. Sebagai contoh bahwa seorang anak merasa cukup punya bakat dalam bidang musik, tapi mengingat tidak adanya piano atau gitar yang dapat dipakai untuk mengembangkan bakatnya kemudian frustasi. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu yang bersangkutan atau lingkungan sebagai contoh orang tuanya kurang mampu dalam memberikan sarana yang memadai untuk itu.
                   Sesungguhnya setiap orang mempunyai bakat kreatif, walaupun masing-masing dalam jenis dan derajatnya berbeda-beda. Maka yang penting bagi pendidik orang tua dan guru ialah bahwa setiap anak mempunyai bakat kreatif dan bahwa bakat kreatif itu perlu dipupuk sejak dini, agar dapat diwujudkan secara optimal.
                   Ada beberapa pertimbangan dasar mengapa kreatifitas perlu dipupuk sedini mungkin. Pertama karena usia pra sekolah merupakan masa yang sangat subur untuk mengembangkan kreatifitas anak-anak usia pra sekolah sebagimana telah dilukiskan sebelum memiliki banyak kepribadian kreatif hendaknya pendidik tidak menyia-nyiakan bakat alamiah anak usia pra sekolah ini. Keadaan anak prasekolah menguntungkan untuk pengembangan kreatifitas, karena pada masa ini masih banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif. Kedua bahwa usia pra sekolah merupakan masa yang kritis untuk perkembangan kreatifitas dan proses-proses intelektual lainnya.
Proses-proses mental yang dikembangkan pada usia dini akan menjadi bagian menetap dari individu dan akan mempunyai dampak terhadap perkembangan intelektual selanjutnya. Perkembangan dini dari berfikir, bersikap dan berperilaku kreatif akan membentuk dasar yang kuat baik bagi prestasi orang dewasa dalam ilmu teknologi dan seni maupun untuk menikmati hidup secara lebih mendalam. Seorang anak memulai kehidupan sekolah, ia bergairah mencari pengalaman-pengalaman baru dan ia condong untuk belajar. Oleh karena itu, kita melihat bahwa sekolah membantu dalam menyandarkan anak akan keadaan yang sedang dilalui dalam masa pertumbuhan yang terus menerus. Mereka memperhatikan setiap hal yang baru yang terjadi padanya dan mereka terdorong untuk melakukan setiap pekerjaan yang baru, dari rangkaian yang mereka sukai.
                   Ada berbagai cara dalam menghadapi atau melihat bakat anak-anak agar selalu hidup dan kuat menjadi pendorong bagi mereka dalam belajar antara lain:
a. Ketahuilah bakat dari masing-masing murid anda dan setiap mereka diberi pelajaran dengan baik apa kecondongannya yang menonjol.
b. Hendaknya kita selalu menjadikan murid-murid anda sebagai titik tolak dan mengarahkan mereka kepada bakatnya masing-masing, dimana saja anda temukan, serta jadikanlah bakat-bakat tersebut asas dari pendidikan dan pengajaran mereka.
c. Wajib dikembalikan bakat kodrati yang umum yang terdapat pada murid-murid yang sebaya.
d. Bantulah murid-murid untuk merasakan adanya hubungan sekolah dengan kehidupannya melalui adanya hubungan sekolah dengan pribadi anak.
Kreatifitas dalam belajar sangat perlu dikembangkan dan digali terutama pada anak yang mempunyai bakat sebagai modal emas untuk meraih prestasi belajar demi kesuksesan cita-citanya.
                   Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.
Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. Ada hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Keberhasilan kreativitas adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik.
Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
a. Aspek Kognitif. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:
(1) keterampilan berpikir lancar (fluency);
(2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility);
(3) keterampilan berpikir orisinal (originality);
(4) keterampilan memperinci (elaboration); dan
(5) keterampilan menilai (evaluation).
b. Aspek Afektif. Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-ciri non-aptitude) yaitu:
(1) rasa ingin tahu;
(2) bersifat imajinatif/fantasi;
(3) merasa tertantang oleh kemajemukan;
(4) sifat berani mengambil resiko;
(5) sifat menghargai;
(6) percaya diri;
(7) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan
(8) menonjol dalam salah satu bidang seni.
Lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu:
(1) menghormati pertanyaan yang tidak biasa;
(2) menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;
(4) memberi penghargaan kepada siswa; dan
(5) meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.
                   Hurlock pun (1999: 11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapatmeningkatkan kreativitas, yaitu:
(1) waktu,
(2) kesempatan menyendiri,
(3) dorongan,
(4) sarana,
(5) lingkungan yang merangsang,
(6) hubungan anak-orangtua yang tidak posesif,
(7) cara mendidik anak,
(8) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
Beberapa hal yang dapat mematikan kreativitas diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) evaluasi, hadiah, persaingan/kompetisi antara anak, dan lingkungan yang membatasi.
(2) usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi;
(3) pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak;
(4) terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual;
(5) terlalu banyak melarang;
(6) takut dan malu;
(7) penekanan yang salah kaprah terhadap keterampilan verbal tertentu; dan
(8) memberikan kritik yang bersifat destruktif





















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
                   Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kemandirian belajar antara lain :
a.       Tidak tergantung kepada orang lain.
b.      Ada dorongan untuk maju.
c.       Kesadaran diri untuk berbuat sesuatu.
d.      Menyadari kewajiban diri.
e.       Memiliki kepercayaan diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar anak antara lain :
a.       Ketersediaan sumber informasi
b.      Ketersediaan pembantu belajar
c.       Ketersediaan lingkungan yang kondusif
Lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatifitas anak, yaitu:
a. menghormati pertanyaan yang tidak biasa;
b.  menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;
c.  memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;
          d.  memberi penghargaan kepada siswa; dan
e. meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.
Beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:
a. waktu,
b. kesempatan menyendiri,
c. dorongan,
d. sarana,
e. lingkungan yang merangsang,
f. hubungan anak-orangtua yang tidak posesif,
g. cara mendidik anak,
h. kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
Sedangkan beberapa alasan kreatifitas perlu dipupuk sedini mungkin antara lain :
a.        karena usia pra sekolah merupakan masa yang sangat subur untuk mengembangkan kreatifitas, hal ini disebabkan anak-anak usia pra sekolah sebagimana telah dilukiskan sebelum memiliki banyak kepribadian kreatif. Keadaan anak prasekolah menguntungkan untuk pengembangan kreatifitas, karena pada masa ini masih banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif.
b.      bahwa usia pra sekolah merupakan masa yang kritis untuk perkembangan kreatifitas dan proses-proses intelektual lainnya.
Perkembangan dini dari berfikir, bersikap dan berperilaku kreatif akan membentuk dasar yang kuat baik bagi prestasi orang dewasa dalam ilmu teknologi dan seni maupun untuk menikmati hidup secara lebih mendalam.


B.  Saran
                   Orangtua dan guru sebagai pendidik memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada anak. Anak akan menirukan perilaku kedua orangtuanya dan gurunya. Dengan kemandirian, anak akan lebih mudah distimulasikan perkembangan aspek-aspek kecerdasan lainnya (multiple intelligences).
                   Dalam usia prasekolah, anak-anak umumnya cepat bosan pada aktivitas yang diberikan. Aktivitas sebaiknya dirancang bervariasi dalam bentuk indoor activities (di dalam ruangan) dan outdoor activities (di luar ruangan). Aktivitas di dalam ruangan difokuskan untuk melatih konsentrasi, menstimulasi daya imajinasi dan menumbuhkan kreativitas serta logika berpikir anak. Selain itu, indoor activities bermanfaat untuk melatih disiplin anak dalam kebiasaan sehari-hari, seperti membiasakan merapikan mainannya sendiri, makan sendiri, mengangkat piring makannya ke trolley yang telah disediakan (dikenal dengan pendekatan Montessori), serta melatih kemandirian belajar anak. Aktivitas di luar ruangan difokuskan untuk optimalisasi perkembangan fisik dan sosial-emosional anak, seperti berlari, bermain ayunan, perosotan, bermain pasir, melatih anak untuk bersosialisasi dengan sesamanya, dan bermain air di kolam renang yang juga merupakan aktivitas yang sangat digemari anak. Suasana yang nyaman dan menyenangkan akan membuat anak-anak tidak cepat bosan dalam meniti hari-harinya bermain sambil belajar di sekolah.




DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman, dkk. 1994, Media Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo
Hurlock, Elizabeth, 1978, Perkembangan Anak Jilid I Erlangga
Arikunto, Thomas, 1987, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bina Aksara
Hamalik, Oemar, 2003, Media Pendidikan, Bandung, Alumni
Hildayani, Rini, 2006, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta, Universitas Terbuka
Moeslichatoen R, 2000, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta, Depdikbud kerjasama dengan Penerbit Rineka Cipta
Nurani Yuliani, 2005, Metode Penegmbangan Kognitif, Jakarta, Universitas Terbuka
--------, 2005, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi, Taman Kanak-kanak dan Raudhotul Athfal, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta
-------, 2007, Permainan Berhitung di Taman Kanak-kanak, Jakarta, Depdiknas
Musfiroh Tadkiroatun, 2009, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Jakarta, Universitas Terbuka